Chapter 60. Sad boy

85.8K 4.9K 313
                                    

Happy Reading
.
.
.
"Tak mengapa jika hati ini hancur, mata
ini berlinang air dan tubuh ini gemetar,
asalkan orang yang aku cintai dapat
tersenyum bahagia dan senang."
***

Backsound ; Yovie & Nuno –– Menjaga Hati

Darren menatap kosong jembatan di depannya. Dunianya serasa runtuh, hatinya terluka bagai cangkir yang pecah meninggalkan bekas retakan. Darren merasa kehilangan yang sangat mendalam sampai tembus ke ulu hatinya, sesak. Tak pernah ia bayangkan akan ada dimana ia merasa hancur hingga tak bersisa. Bahkan ini lebih sakit daripada ketika mengetahui perselingkuhan Selly.

Angin yang berembus kencang menerbangkan rambutnya hingga berantakan juga kemeja hitam yang ia pakai terbang ke belakang mencetak dadanya yang bidang. Bibir laki-laki itu menghisap kuat rokoknya kemudian dihembuskan melalui hidungnya sembari menatap dingin sungai di bawah jembatan.

Ingatan dua hari yang lalu dimana ia sudah menjadi status duda melintas di benak Darren. Lama tidak bertemu Aira, gadis itu semakin cantik dengan dress biru muda selutut, pipinya juga tambah berisi, kulitnya serta wajahnya tampak bersinar, juga perutnya semakin membesar membuat Aira seperti bidadari.

Darren berdecak bukannya melupakan Aira malah mengingat-ingat gadis itu. Bahkan Darren enggan menyebut Aira mantan istri. Hei, coba bayangkan dia yang pernah tinggal bersamamu, dia yang selalu menyalim tanganmu ketika pergi dan engkau membalasnya mencium keningnya, dia yang pernah satu ruangan denganmu tanpa busana dan saling mengagumi tubuh masing-masing, malah sekarang sudah disebut mantan yang artinya tidak ada lagi hubungan.

Darren membuang puntung rokoknya ketika sudah habis lalu mengambil yang baru dan menghisapnya kuat-kuat. Ada hal yang Darren takutkan, bagaimana kalau ia tidak bisa melupakan Aira? Bagaimana dengan hatinya kala suatu saat nanti Aira menemukan laki-laki yang akan mendampingi-nya? Bagaimana kalau anaknya nanti memanggil orang lain dengan sebutan Papa? Apakah ia rela? Tentu saja tidak! Tidak terima maksudnya.

Siapa yang terima ketika benih yang kau tanam di rahim seorang wanita dan jadilah janin tapi ketika lahir dan besar nanti malah menyebut orang lain Ayahnya? Darren mendengus kasar sambil menyugar rambutnya ke belakang.

"Sialan!" umpat Darren kemudian berlalu dari sana. Semalam ia tidak pulang ke apartemen, tapi ke rumah orangtuanya. Tidak sanggup Darren jika tinggal lagi di sana yang mana ia selalu terbayang ada Aira di sana. Darren berencana akan menjual apartemen itu.

***

"Sampai kapan kita harus berdiam diri seperti ini?! Kau tahu tanganku gatal ingin membunuh gadis itu dan kulemparkan ke kandang harimau!"

"C'mon, kita masih butuh waktu. Jangan aku saja yang kau suruh-suruh, lebih baik kau urusi suamimu itu agar tidak kembali ke indonesia selagi kita menjalankan rencana. Bisa-bisa gagal nantinya."

"Sebulan. Sudah sebulan aku seperti penguntit yang mengikuti dia kemana-mana padahal target kita adalah gadis itu bukan Zavier! Sebenarnya apa yang kau rencanakan?!"

"Suamimu itu sangat cerdik. Aku sengaja menyuruh mu untuk mengikuti dia kemana saja siapa tau ada yang ia rencanakan."

"Dan aku malah mendapati dia bekerja, menghadiri rapat, bertemu dengan rekan bisnisnya dan setelah itu kembali ke kantor. Apa itu yang kau inginkan?!"

"Bisakah kau bicara santai saja?! Kuping ku panas mendengar mu terus mengoceh!"

"Tapi aku sudah tidak sabar Gerald. Surat warisan sudah tercantum nama gadis itu tinggal tanda tangannya dan semuanya akan menjadi milik gadis sialan itu. Belum lagi ia mengandung. Damn it!"

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang