Happy Reading
.
.
.
---------Kalian jangan salah ya, agamanya Darren kristen. Kalau kalian baca komen mengenai agama Darren diatas kalian jangan ikutan komen kayak gitu juga. Kan kalian udah baca dari awal, ngapa ikutan komen kayak bingung gitu? Dan lagi, agamanya Darren Aira hanya satu yaitu kristen bukan dua. Kalaupun ada yang salah tentang pengucapan itu typo. Ini di revisi jadi ada yang diubah termasuk agama Darren Aira, pembaca yang dulu pasti tau.
Diantara banyaknya kursi yang berjejer dengan susunannya yang teratur serta cahaya lampu yang tampak terang di langit-langit ruangan memperlihatkan altar yang mana dibalik mimbar terdapat patung salib Tuhan Yesus ada seorang pria tampan berjaket hitam duduk diam di kursi paling depan sambil melipat tangannya di bawah dagu sedang berdoa. Meminta pengampunan atas segala perbuatannya selama ini, segala kekejaman yang telah dilakukannya pada orang yang berharga di hidupnya meski mereka tidak lagi bersama, ia tetap berharga dan akan terus bertahta di hatinya. Penyesalan tiada tara ini mampu menyesakkan dadanya membuatnya tanpa sadar meneteskan air mata di dalam pejaman matanya.
Perlahan-lahan bahunya bergetar bersamaan suara isakan lolos dari bibir merahnya, sangat sakit ketika kau menahan suara tangisan mampu membuat dadamu seperti terhimpit oleh sesuatu yang terasa sesak. Dirinya tau ini sudah terlambat dan bahkan tidak ada lagi kesempatan untuknya, tapi ia berharap semoga ada keajaiban diberi kesempatan yang tidak akan pernah ia sia-siakan lagi. Penyesalan terkadang tidak ada gunanya. Semua itu sudah berlalu dan tidak dapat kembali lagi, dan ia tau itu. Tetapi bukan berarti tidak bisa diperbaiki.
Tidak ada yang ia inginkan selain diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya, mengulangnya dari awal. Menghilangkan kesakitan yang pernah dirasakan wanita yang dicintainya. Menghapus derai air mata atas perbuatannya. Memberikannya kebahagiaan sebagai ganti karena pernah menyakiti perasannya sampai wanita itu lupa kalau dia pernah sedih dan menderita. Walaupun ia tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula setidaknya berikan ia kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya akan berubah menjadi yang lebih baik.
Masih hangat di ingatannya akan kejahatan-nya selama ini pada wanita itu semakin membuatnya menyesal sampai di ujung terdalam hatinya. Tolong, tidak ada yang lebih menyakitkan dari ini saat dia ingat mereka tidak lagi bersama.
Darren mengakhiri doanya, mendongak membuat buliran bening mengalir dari pelupuk matanya jatuh menuju dagu lalu menetes di atas paha yang terbalut celana jeans hitam. Manik cokelat terang miliknya menatap altar dengan sendu. Disana. Tepat diatas altar ia pernah mengucapkan janji suci pernikahan yang pada akhirnya ia langgar meninggalkan luka teramat dalam di hati Aira.
"Maaf." Lirih Darren pedih. Tangannya perlahan terangkat mencengkram baju tepat bagian dada kirinya berusaha menghilangkan rasa sesak itu.
"Aku gak tahan, Ai, sakit banget." Sedih Darren sembari menunduk dalam dan perlahan memukul dadanya kuat-kuat menggunakan kepalan tangannya. Darren tidak percaya sampai detik ini jika ia dan Aira telah berpisah. Akankah dirinya bisa hidup tanpa Aira di sisinya? Akankah ia bertahan di saat nantinya Aira menjadi milik orang lain? Darren tidak yakin bisa.
Dengan menahan rasa sesak yang menggerogoti hatinya, Darren beranjak berdiri berjalan lunglai menuju pintu gereja yang ia sambangi hampir dua jam ini. Bahu laki-laki itu tampak lemas membuatnya lambat untuk melangkah seolah berat. Sakit. Bahkan rasanya Darren tidak bisa untuk mendeskripsikan bagaimana rasa sakit itu karena terlalu sakit hingga menembus ulu hatinya.
Jika tau begini sakitnya, aku gak akan pernah lukai kamu, Ai. Aku gak akan pernah ninggalin kamu dan gak nyakitin kamu. Ucap batin Darren pilu sambil mengepal tangan kekarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darren : My Husband [ END ]
Teen Fiction*FIKSI REMAJA* [ 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝔹𝔸ℂ𝔸 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝔸𝕌𝕋ℍ𝕆ℝ ] Baca sebelum di hapus Warning [ 🔞 ] mengandung kata-kata kasar, kekerasan, kata kotor, vulgar harap bijak dalam membaca. Konflik dalam cerita ini berat, jika tidak suka jangan baca d...