Chapter 24. Peraturan

57.4K 4.3K 143
                                    

Happy Reading ❤
.
.
.
.
----------

"Mulai sekarang kita hidup
masing-masing."
Darren Alderad

____________

Aira mengusap keningnya yang banjir keringat usai mengepel ruangan. Setelah menyimpan ember dan pengepelan, gadis yang memakai drees kuning pastel lengan panjang itu lanjut melap kaca, sofa, meja makan, televisi semuanya ia lap sampai bersih. Kemudian lanjut memasak makan siang, untungnya bahan makanan masih ada di kulkas mengingat mereka belum belanja sama sekali. Setelah siap masak bukannya istirahat atau makan, gadis itu malah ke kamarnya hanya untuk merapikan tempat tidur yang padahal sudah sangat rapi.

Semua sengaja ia lakukan hanya untuk mengalihkan pikirannya tentang kejadian semalam.

Istri mana yang tidak sakit hatinya saat sang suami membawa seorang gadis ke rumah diam-diam bahkan berciuman. Baru kemarin mereka pindah, baru kemarin juga mereka mandi bersama untuk pertama kalinya. Dan saat itu juga Darren berhasil mematahkan hatinya. Belum sehari mereka tinggal Darren sudah berani bermain di belakangnya, lalu bagaimana ke depannya nanti? Aira tidak sanggup, sangat tidak sanggup menerima kenyataan kalau suaminya berselingkuh.

Semalam karena tak tahan apa yang dilakukan Darren, Aira masuk ke kamar melupakan niatnya yang ingin minum air dingin lalu menangis sejadi-jadinya hingga paginya ia telat bangun dan tidak menemukan Darren dimana-pun. Mungkin laki-laki itu sudah berangkat ke sekolah.

Aira duduk di tepi ranjang menatap sekitar. Semalam adalah pertama kalinya ia tidur di kasur dan ia merasa sangat nyaman. Aira ingat di depan gedung apartemen ada indomaret lalu di depannya ada taman dan Aira berencana ke sana untuk jalan-jalan tapi sebelum itu ia mandi dulu.

Dengan gaun putih panjang semata kaki dan rambut coklat sepunggung di gerai indah ditambah sepatu pancus hitam menambah kecantikan Aira siang ini. Dengan penuh percaya diri, gadis dengan perut sedikit buncit itu keluar dari apart berjalan ke lift. Semua yang ada di dalam lift menatap kagum Aira yang dibalas gadis itu tersenyum canggung. Setelah sampai di lantai dasar, Aira keluar dan di sambut belasan pasang mata yang menatapnya tanpa berkedip terutama laki-laki. Aira yang tidak suka jadi pusat perhatian melangkah cepat ke pintu lobby.

Tiba di taman gadis manis itu duduk di salah satu kursi besi. Matanya mengedar menatap sekumpulan anak muda berseragam sma yang nongkrong di dekat pohon rindang. Aira tebak mereka sedang bolos.

Puk!

Aira terkesiap melihat ada anak kecil jatuh tepat di samping kakinya. Anak itu memegang kakinya dengan bibir bergetar sedetik kemudian menangis.

"Huaaaa!!..Bunda sakit...Hikss!"

"Sayang, jangan nangis sini biat tante bersihin lukanya." Ucap Aira lembut berlutut di depan anak itu

Anak laki-laki itu tetap menangis meski Aira mengusap lututnya yang terlihat memerah.

"Hiksss....sakit...Bunda!!" Tangisnya semakin kencang.

Aira mendongak menatap anak kecil itu. Matanya sedikit membulat melihat betapa tampannya anak ini. Bola mata biru safir, rambut hitam lebat, wajahnya yang sangat tampan, pipinya yang bulat seperti bakpo, hidung mungil yang mancung, bibirnya yang mungil merah cerah serta kulit putih kemerahan. Benar-benar seperti dewa. Aira gemas, ia yakin orangtua anak ini pasti cantik dan tampan. Orang anaknya ganteng gini.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang