Chapter 50. Fakta besar

87.9K 5.4K 696
                                    

Happy Reading
.
.
.
***

Reynand menatap bengis laki-laki berjaket hitam di depannya yang tengah memakan makanannya santai seolah tidak terganggu oleh tatapan tajamnya. Rey meraih gelas berisi wine kemudian diteguk kasar tanpa mengahlikan pandangannya sama sekali dari orang itu. Meletakkan gelasnya ke meja Rey melanjutkan makannya masih menatap lawannya.

Rosa yang melihat gelagat putranya juga bagaimana Reynand memotong daging bebek seperti memotong daging manusia bergidik ngeri. Menendang kakinya di bawah meja membuat Rey menoleh datar. Rosa memberi tatapan peringatan seolah menyuruh Rey menjaga sikapnya. Rey tidak menggubris.

Keluarga besar Gustav sedang makan malam di mansion besar milik Zavier. Mereka makan dengan keadaan hening hanya ada suara garpu dan sendok yang terdengar. Pantang bagi keluarga Gustav berbicara saat makan, itu yang dikatakan kakek Rey dahulu.

Usai makan malam mereka ke ruang tamu kecuali Rey dan laki-laki tadi yang tangannya ditarik Rey menuju belakang mansion. Mereka berdiri berhadapan dengan tatapan dingin.

"Gue cukup tersanjung lo berani datang kesini." Celutuk Rey memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

Roni tertawa kecil. "Kenapa? Lo gak seneng?" Tanyanya terkesan menantang.

Rey tersenyum miring. "Seneng, sepupu gue akhirnya berani datang kesini disaat dia gak dianggap sama keluarganya sendiri." Sindir Rey.

Roni mengepalkan tangannya.

"Lo ngelakuin apa sama Om Gerald sampai dia sudi bawa lo kesini?" Tanya Rey santai tidak takut melihat tatapan tajam Roni.

Roni menyeringai. "Gue disuruh bunuh sepupu tersayang, tapi taunya anaknya yang meninggal." Jawabnya santai mengangkat alisnya songong.

Reynand terkekeh sinis, hatinya membara mengingat salah satu keponakan-nya meninggal dan ini semua ulah laki-laki di depannya yang tidak merasa bersalah sama sekali setelah membunuh nyawa seseorang.

"Hidup lo menyedihkan banget kasihan gue. Lo bego mau-mau aja disuruh. Tolol." Hina Rey dingin menggeleng miris seolah mengejek Roni.

"Apa bedanya sama lo yang gak diakui sama orangtuanya? Gak dianggap, hm?"

"Setidaknya gue masih mending, gue bebas jalanin kehidupan gue, gak kayak lo hidup aja diatur-atur." Balas Rey datar menatap tajam lawannya.

"Hahahahha, dan gue selalu anggap itu kalo bokap gue sayang sama gu,-"

"Orangtua mana yang ngajarin anaknya jadi pembunuh?" Tanya Rey tajam memotong ucapan Roni.

"Gerald Hamington Gustav. Dia yang ngajarin gue jadi pembunuh." Balas Roni santai tanpa beban. Padahal kehidupannya selama ini cukup dikatakan miris, Gerald sang Ayah ternyata tidak seperti Ayah pada umumnya yang benar-benar bertanggung jawab atas anaknya dan melindungi keluarganya. Namun beda dengan Gerald, pria paruh baya itu lebih mementingkan urusan pribadinya dan melupakan tugasnya sebagai Suami dan Ayah. Ibarat majikan dan pembantu, posisi Roni bukan anak melainkan pembantu yang harus menuruti majikannya, jika tidak dilakukan maka Gerald menghukum Roni yang mana menurut Roni itu menyakitkan.

Sebenarnya, Reynand juga sama seperti Roni. Sedari kecil Reynand tidak pernah mendapat kasih sayang dari orangtuanya yang selalu sibuk dengan urusan masing-masing tanpa peduli ada anak yang butuh perhatian mereka. Ayahnya terus sibuk dengan pekerjaannya di perusahaan bahkan pernah sekali tidak pulang selama dua bulan. Tidak hanya Ayahnya, sang ibu juga begitu lebih suka menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan ke luar negeri bersama teman-temannya melupakan tugasnya sebagai istri dan ibu.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang