Chapter 75. Kamu dan Bian adalah hidupku

69.7K 4.9K 666
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
-------


Odit berdiri ingin menyusul Aira takut terjadi apa-apa pada wanita itu. Namun, terhenti kala ia melihat seseorang tepat di sampingnya sedang berjalan menuju Aira. Odit mengerjap, tak percaya apa yang ia lihat sekarang. Seseorang yang sedang dalam masa pencarian akibat kecelakaan hebat kini sedang berjalan santai menuju Aira yang tampak tidak sadar ada orang yang mengikutinya.

Dengan santai tanpa beban setelah membuat semua orang khawatir akan dirinya, Darren tersenyum tipis menatap punggung mungil istrinya. Sejenak ia menatap tubuh Aira dari atas ke bawah dan terkagum dalam hati melihat tubuh seksi sang istri mengingatkan Darren akan malam panas dan gairah mereka. Darren tersenyum mesum tak sabar mencumbu wanitanya.

"Ai" panggil Darren berjalan cepat ingin memeluk Aira.

Aira berhenti melangkah dan tertegun kala mendengar suara lembut nan serak itu. Bukan. Bukan suaranya tapi panggilan itu.

Tiba di belakang Aira, Darren melingkarkan kedua tangannya di leher Aira, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher wanitanya. Darren menggesek hidung mancungnya manja sembari berbisik sensual di telinga kanan Aira.

"Mau kemana, baby?" tanya Darren sensual mengecup cuping telinga Aira yang membeku.

Perlahan Aira melepas tangan Darren dari lehernya, berbalik badan dan langsung disuguhi senyuman manis Darren. Aira terdiam, tidak yakin di depannya ini Darren.

Darren menaruh telapak tangannya di belakang kepala Aira menariknya mendekat kemudian mengecup kening Aira lembut.

"Aku kembali." Ujar Darren mengelus pipi berisi istri manisnya. Mengecupnya pelan semakin menambah desiran tak karuan di hati Aira. Tangan Aira bergetar kala mengusap rahang kokoh pria di depannya yang bahkan Aira berpikir kalau ia berhalusinasi melihat bahwa cowok ini Darren. Suaminya. Sakit sekali rasanya saat ia berharap tapi ternyata tidak sesuai kenyataan.

"Kamu...nyata?" tanyanya pelan.

Darren tersenyum, mengecup kening istrinya sekali lagi sebelum menjawab. "Iya, aku nyata. Aku belum pergi, Ai. Aku gak mungkin ninggalin kamu sama Bian gak akan pernah. Kamu dan Bian hidup aku, cahaya aku, rumah aku, tempat aku menghabiskan setiap detik aku bernapas. Aku gak ninggalin kalian" ujar Darren tulus menatap intens mata hitam legam milik sang istri. Apa yang dikatakannya benar, seluruh hidupnya ada pada Aira dan Bian. Mereka tempat ia berpulang. Mereka alasan yang membuatnya tau apa artinya kehidupan dan caranya menghargai waktu. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun akan Darren habiskan sisa hidupnya pada keluarga kecil mereka. Menua bersama Aira hingga mereka di panggil dengan sebutan kekek nenek oleh cucu-cucu mereka sampai napas berakhir dan maut memisahkan. Darren ingin meninggalkan dunia tepat di pangkuan Aira, istri cantiknya.

Aira tersenyum. Bahagia membanjiri hatinya. Tak ada yang membuatnya lebih bahagia selain melihat suaminya ada di depannya kini. Tak kuat menahan haru, Aira melingkarkan kedua tangannya di pinggang Darren memeluknya erat bahkan sangat erat seolah jika dilepaskan sedikit saja Darren akan hilang. Aira kembali menangis tak terbayangkan jika ia hidup tanpa Darren di sampingnya. Kehilangan Darren lebih sakit ketimbang perlakuan laki-laki itu dulu padanya. Itu semua karena cinta. Cintanya yang besar pada Papanya Biano melupakan rasa sakitnya dulu.

Darren membalas pelukan erat istrinya. Mengusap rambutnya lembut sembari menyematkan kecupan hangat di pucuk kepala Aira.

"Jangan nangis, sayang. Aku udah disini, aku ada di depan kamu sekarang malah kamu udah meluk aku." Ujar Darren menenangkan.

"Hiksss... Aku pikir kamu pergi, hikss.. Aku pikir kamu ninggalin aku sama Bian. Aku takut Darren, aku takut... Hikss." Tangis Aira menengadah menatap suaminya.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang