Chapter 19. Penyekapan

55.6K 4.5K 173
                                    

Happy Reading!
.
.
.
.
.
_________

"Ren, bangun kita diculik." Hugo menendang kaki Darren di sebelahnya dengan susah payah akibat ikatan kencang di seluruh tubuhnya. Tapi Darren bergeming, kepalanya menunduk dalam dan Hugo bisa melihat ada darah yang mengalir dari belakang kepalanya menetes di leher. Darren pingsan. Hugo menghela nafasnya kasar, keringat mengalir deras dari keningnya, ia juga merasakan punggungnya mengeluarkan keringat. Kobaran api semakin membesar membuat wajah tampan Hugo memerah.

Tak kehabisan ide, cowok bermata sipit itu menoleh ke samping kiri dimana Reynand juga sama seperti yang lain. Hugo menggerakkan badannya sedikit hingga ia kesulitan bernafas. Ikatan itu tidak main main, saking kuatnya Hugo merasakan sesak dan nyeri di area perutnya membuatnya meringis kesakitan. Siapa pun orang yang sudah membuatnya seperti ini Hugo tidak akan diam.

"Rey." Panggil Hugo lirih agar tidak di dengar oleh seseorang yang duduk di kursi sana, ia menduga pasti orang itu yang menculiknya dan para sahabatnya. Wajahnya tidak kelihatan sebab orang itu menunduk sambil menciumi sebuah foto. Hugo tak peduli yang penting sekarang ia harus membangunkan temannya.

"Rey " Masih sama tidak ada jawaban. Hugo mendengus. Temannya ini pingsan atau apa? Kenapa sudah sekali bangun? Cibirnya dalam hati.

"Reynand!"

Berhasil.

Cowok dingin itu akhirnya sadar dan menatap sekitar dengan linglung. Ia mengernyit berusaha mencerna apa yang terjadi. Matanya sedikit melebar melihat ada api besar di depannya yang baru ia sadari. Pantas saja ia seperti di bakar dan tubuhnya kepanasan. Cowok berjaket kulit itu melirik ke samping dimana Hugo menatapnya kesal sekaligus lega. Sekarang ia tidak sendiri lagi, sudah ada Reynand dan tinggal ketiga temannya yang masih tak sadarkan diri.

"Ini gimana?"

Reynand diam menatap sekelilingnya yang ditumbuhi pohon pohon menjulang tinggi, semak semak belukar, suara suara aneh seperti jangkrik, desisan dan auman. Menyeramkan. Jauh diujung sana terlihat gelap tidak ada cahaya sedikit pun. Jika bukan karna kobaran api di depannya, sudah pasti tempat ini gelap gulita dan Reynand tidak akan bisa melihat.

Reynand heran, sudah berapa lama mereka disini?

''Ini hutan." Ucap Reynand yang sekarang fokus melihat seseorang yang duduk tak jauh di sana.  Seorang pria bertubuh tinggi tegap, kulitnya putih pucat, rambutnya kecokelatan khas bule. Ia seperti mengenal sosok itu tapi siapa? Dan dimana ia pernah melihatnya?

Berbagai pertanyaan memenuhi otaknya hingga lenguhan seseorang membuatnya menoleh. Darren, pria tampan itu sudah sadar sambil meringis kesakitan di sekitar kepalanya. Tak lama kemudian Kevin juga sadar disusul Odit yang mana mereka berdua tidak bisa melihat para sahabatnya yang karna posisinya melingkar membelakangi.

"Apa-apaan nih?!" Pekik Kevin kaget melihat tangannya diikat.

"Anjing! Setan! Panas banget." Odit menyipitkan matanya yang terasa terbakar melihat api di depannya.

"Kita kok disini? Gimana bisa?" tanya Kevin bingung.

"Gue juga gak tau. Nggak ingat apa-apa gue."

Hugo melirik ke samping. "Ren, lo baik baik aja? Pala lo berdarah."

Darren menggelengkan kepalanya saat pusing menderanya. Kepalanya seperti di putar putar saking pusingnya dan ia merasa dunia ini terbalik.

"Ren!" Panggil Hugo melihat Darren terus menggelengkan kepalanya bermaksud menghentikan tindakannya itu.

"Ngg- pala gue pusing." Lenguh Darren menggelengkan kepalanya sekali lagi. Beberapa saat ia diam mencoba menahan rasa sakit lalu mendongak.

"Kita dimana?"

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang