Chapter 22. Pindah

61.2K 4.5K 280
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
_________________

Laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan jaket hitam bertuliskan 'DARK EAGLE' di bagian punggungnya menatap setiap foto-foto yang terpajang di dinding. Tangan besarnya mengusap salah satu foto berisi seseorang yang sangat berharga baginya dan tidak akan terlupakan meski mereka sudah berbeda alam.

Senyumnya, tawanya, ucapannya yang blak-blakan, nasihatnya dan eksepsinya saat marah. Semua itu sangat ia rindukan dan selalu ia bayangkan setiap malam. Kadang menangis dalam diam saat rindu itu datang secara tiba-tiba dan menggebu-gebu. Seperti sekarang ini tanpa ia sadari setetes airmata jatuh membasahi pipi nya lalu dengan cepat ia mengusapnya.

Tak mau larut dalam kehilangan laki-laki itu beranjak keluar, meninggalkan gudang yang menyimpan banyak kenangan di dalamnya. Tiba dilantai satu, ia menatap datar para sahabatnya yang selonjoran dilantai.

Hugo yang kala itu sedang bermain game sambil rebahan menoleh. Alisnya bertaut melihat Reynand memakai jaket kebanggaan nya. Biasanya jika Reynand pakai jaket itu berarti dia mau pergi ke suatu tempat.

"Rey, mau kemana?" Tanya Hugo heran seraya duduk.

Rey hanya melirik sekilas kemudian duduk di sofa sambil meneguk segelas anggur yang ia ambil di atas meja.

Hugo berdecak. "Mau kemana sih, Rey?"

Rey mendengus lebih baik ia jawab dari pada ditanyai terus. "Kumpul sama anak-anak."

"Lho, emang ada tawuran ya?" Tanya Kevin yang duduk dilantai. Kepalanya menoleh ke belakang.

"Nggak mesti tauran baru kumpul."

Kevin mengangguk kembali bermain game. Siapa sangka seorang Reynand yang dikenal dingin ternyata ketua geng besar. Geng yang sangat ditakuti dan disegani di kalangan masyarakat. Si raja jalanan itu sudah menguasai beberapa wilayah di jakarta sebagai hasil kemenangannya saat tauran. Bukan berarti Rey menguasai yang artian buruk, bukan. Ketua Dark Eagle itu berhasil mengambil wilayah jalanan kosong yang sering dijadikan balapan liar, tauran, atau perampokan yang membuat masyarakat risau. Tidak ada lagi yang berani melakukan tindakan kejahatan di wilayah itu. Dan sekarang semenjak Rey yang memimpin di angkatan ketiga, semuanya jadi aman dan tidak ada lagi kejadian yang membuat para gadis ketakutan.

"Eh, Ren gue mau nanya sama lo." Celutuk Kevin memutar badannya ke samping. Darren yang tengah menghisap rokoknya menoleh datar.

"Lo ngapain minta kunci apart lo sama nyokap gue?" Pertanyaannya itu mengundang tatapan penasaran temannya, kecuali Rey yang mengotak-atik ponsel miliknya.

"Salah emang? Itukan punya gue."

Kevin mendengus, meninju kecil lengan kekar Darren dengan sedikit kuat.

"Bukan ogeb. Maksud gue tumben, lo mau pindah?"

Darren terdiam sebelum mengangguk kecil.

"Ngapain pindah coba. Diusir lo?"

Darren berdecak lalu menjitak kepala Kevin kuat. "Nggak usah banyak tanya bisa? Males gue!"

Kemudian Darren beranjak memakai jaketnya dan meraih kunci motor diatas meja kaca. Darren harus pulang karena tadi malam ia sama sekali tidak mengabari orang rumah. Dan lagi laki-laki bertindik hitam itu berencana untuk membawa Aira pindah ke apartemennya hari ini.

"Gue cabut." Pamit Darren lalu keluar setelah melakukan tos ala laki-laki pada temannya. Rey menatap dingin punggung Darren yang hilang di balik pintu. Senyuman miring muncul di wajahnya yang tampan sambil meremas ponselnya kuat hingga tangannya bergetar. Laki-laki sampah!

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang