Chapter 21. Pertengkaran

66.8K 4K 330
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
___________

"Apa yang disampaikan matamu
lebih lancang dari yang di
sampaikan bibirmu."
__________________

Kalau gak suka berbau dewasa, Skip aja

Darren tersenyum melihat layar ponselnya yang menunjukkan foto sang kekasih yang tersenyum menghadap kamera. Meskipun Selly jarang memperhatikan dirinya dan lebih mementingkan pekerjaannya, namun rasa sayangnya sangat besar pada gadis itu bahkan melebihi dirinya. Apapun akan ia lakukan untuk membuat Selly bahagia termasuk mendukungnya di dunia model. Selly itu cinta pertamanya tidak akan ada yang bisa menggantikannya atau pun memisahkan mereka. Jika ada, Darren tidak akan tinggal diam sekalipun itu orang terdekatnya.

Laki-laki yang memakai tindik hitam di telinga kanan itu terus tersenyum menggulir layar ponsel hingga tidak sadar sang istri berdiri di sampingnya ikut melihat apa yang dilakukan suaminya.

Aira merapatkan bibirnya yang bergetar. Ia berusaha mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang serta hatinya yang terasa tercubit. Segitu cintanya laki-laki itu pada kekasihnya hingga semua isi galerinya berisi foto perempuan itu. Aira mendongak, membuat setetes air mata jatuh melewati samping matanya.

Beberapa saat mereka diam, tidak ada yang bersuara. Darren sibuk mengusap foto sang pacar sedangkan Aira berusaha menahan sesak di hatinya.

Ceklek

Suara pintu yang terbuka membuat dua manusia yang saling berdiam diri itu menoleh. Darren sempat terkejut melihat Aira di sampingnya lalu kembali memasang wajah datar sembari menyimpan ponsel nya di bawah bantal.

"Halo, selamat sore." Sapa Dokter perempuan yang merawat Darren ramah.

Aira balas tersenyum. "Sore Dok, mau periksa kak Darren ya dok?"

Dokter itu mengangguk. Kemudian berjalan mendekati brankar Darren dan mulai memeriksa keadaan laki-laki itu.

"Gimana Mas, kepalanya gak papa kan?"

Darren menggeleng. "Gak papa dok, cuma kadang pusing."

"Oh, itu gak usah khawatir gak papa kok. Cuman hati hati ya, untuk sementara waktu kepalanya gak boleh ke timpa atau terkena sesuatu nanti takutnya jahitan nya terbuka."

Aira dan Darren mengangguk.

"Malam ini Mas udah boleh pulang. Nanti obat nya tebus ke apotik ya Mbak."

"Iya, Dok." Balas Aira tersenyum senang karna malam ini Darren sudah boleh pulang.

Setelah nya sang dokter beranjak keluar.

"Nanti malam kakak udah boleh pulang." Ucap Aira tersenyum lebar. Matanya berbinar binar.

Darren mengangkat alisnya. "Seneng lo?"

Aira mengangguk. "Dedek bayinya juga senang kalau papa nya bakalan pulang." Dengan spontan Aira meraih tangan besar Darren lalu diletakkan di atas perutnya yang sedikit buncit.

Darren seketika blank merasakan telapak tangannya menyentuh perut Aira. Seumur umur belum pernah ia menyentuh perut wanita hamil dan tidak tau seperti apa rasanya. Dan sekarang ia bisa menyentuh nya dari istrinya sendiri apalagi darah dagingnya? Namun anehnya ia tidak dapat merasakan sesuatu yang seharusnya dirasakan bagi calon ayah. Senang, bahagia, terharu, antusias. Ia tidak merasakan itu, malah ia terlihat biasa biasa saja.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang