Chapter 66. Baby, Bian

86K 4.9K 767
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
__________

Kelahiran anak Darren dan Aira mengundang pekikan heboh baik dari dua keluarga dan para sahabat Darren. Pasalnya kelahiran bayi itu tiba-tiba yang kata Dokter beberapa hari lagi baru melahirkan. Tapi sepertinya sang bayi tidak sabar untuk menyapa dunia dan melihat orang tuanya yang menangis haru akan kehadirannya.

Darren saja kaget karena tadi malam Aira baik-baik saja dan paginya sang istri mengalami kontraksi hebat mengharuskan Darren membawa Aira ke rumah sakit dan dokter mengatakan Aira akan segera melahirkan. Kepanikan dan kekhawatiran akan Aira dan bayinya membuat Darren lupa menghubungi keluarganya dan alhasil setelah si Bayi lahir baru memberi kabar.

"Astaga. Mirip banget sama Darren." Ujar Dinda pada Baby Bian yang berada di gendongannya sedang tertidur usai menyusu.

"Iya. Bedanya matanya diambil dari Aira." Sahut Anita mengusap kecil pipi bayi mungil laki-laki itu dengan jari punggung telunjuknya.

Bayi berkulit putih bercampur kemerahan itu sangat mirip dengan Papanya. Mulai dari rambut, hidung mungil yang mancung, bibir bawah sedikit tebal seperti Darren, pahatan wajahnya yang sempurna bulu matanya yang lentik membingkai bola matanya yang hitam legam diambil dari sang Mama. Bian benar-benar seperti Papanya bahkan Dinda saja seperti melihat Darren waktu pertama kali lahir. Sangat mirip.

Namun ada yang lebih mengejutkan bahkan Aira dan Darren sempat tidak percaya, Bian memiliki lesung pipi di kedua pipi gembul-nya kala Aira menyusu bayinya tadi. Cecapan bibir mungil bayi itu di puting Aira membentuk bulatan kecil nan dalam di kedua pipi kemerahan Baby Bian membuat Aira dan Darren takjub. Pasalnya diantara mereka tidak ada yang memiliki lesung pipi.

Bruk!

"Ponakan gue mana?! Sehat-sehat aja kan dia?!Selamat kan dia?!" tanya Kevin heboh di ambang pintu dengan mata membulat.

Semua yang ada di ruang inap Aira menatap Kevin tajam. Suara laki-laki itu sangat berisik dan bisa mengganggu tidur Bian. Kevin cengengesan sambil mengusap tengkuknya lalu membentuk dua jari tanda damai pada Darren yang menatapnya dingin.

"Damai, damai, gue suka damai." Ucapnya lalu berjalan mendekat pada Dinda yang menggoyangkan badannya ke kanan kiri agar Baby Bian kembali tidur yang sempat terlonjak kaget mendengar suara gebrakan pintu.

"Duhh ganteng banget. Anak siapa nih?" Tanya Kevin mengecup kening Bian.

"Anak gue lah." Balas Darren memutar matanya malas. Papa muda itu menaruh kepalanya di pangkuan sang istri sembari merasakan usapan di rambutnya. Manik cokelat Darren menatap anaknya yang kini sedang di gendong Kevin. Sudut bibir Darren tertarik kecil melihat bagaimana Kevin mengecupi kening Bian sambil bergoyang ke kanan kiri. Terlihat jelas kalau Kevin menyayangi bayi mungil itu.

"Vin, sini, gue juga mau gendong." Arkan yang baru datang mendekat ke arah Kevin sambil merentangkan tangannya. Kevin dan teman-temannya yang lain sudah mengetahui kalau keluarga Wijaya adalah keluarga Aira.

Kevin spontan menjauh. "Gak ah, baru juga gendong gue."

Arkan berdecak. "Lo udah rasain kan gendong dia? Nah sekarang giliran gue." Ujar Arkan bersiap mengambil tubuh mungil Bian. Tapi Kevin kembali menjauh.

"Belum puas gue. Udah ah, mending lo sana jangan ganggu gue. Kalau gue udah bosan baru gue kasih." Kevin berjalan ke jendela diikuti Arkan di belakangnya.

"Gue juga mau gendong Kepin. Udah gak sabar nih gue." Arkan gemas sendiri sambil meremas tangannya kuat. Ayolah, ia pria yang sensitif bisa-bisa emosi-nya meledak nanti.

Kevin menggeleng dengan wajah menyebalkan. Karena terlanjur geram, Arkan maju dan merebut Bian dari gendongan Kevin tapi Kevin menahannya. Alhasil mereka saling tarik menarik membuat Baby Bian yang sedang tertidur pulas terbangun dan menangis kencang.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang