Chapter 74. Permohonan Aira

57.2K 4.7K 732
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
--------🤗

Maaf ya say kalau aku kasar, tapi jujur aku gak suka komen yang kayak gitu. Aku udah bela-belain buat up bahkan sampai beberapa part sehari tapi gak dihargai. Aku tau ini alurnya lambat tapi kan gak seharusnya bilang kayak gitu. Masih mending bertele-tele tapi update tiap hari. Coba kalau gak udah gitu lama lagi buat up, apa gak stres pembaca nungguin?

Aira menatap Bian yang ada di pelukannya sedang menatapnya polos dengan kepala sedikit miring. Tangan mungilnya bergerak ke atas sambil mengeluarkan suara khas bayi yang sangat menggemaskan. Jantung Aira berdegup kencang seiring napasnya yang terasa sesak dihantam oleh kenyataan yang bahkan Aira tidak mau melihat, mendengar dan percaya apa yang ada di depannya. Dimana saat ini jalan raya terlihat macet parah akibat kecelakaan hebat beberapa menit yang lalu. Semua orang berbondong-bondong keluar dari kendaraan masing-masing hanya untuk melihat dan mengetahui apa yang terjadi.

"Ya ampun, merinding banget aku lihat kecelakaan tadi."

"Emang kamu tadi lihat?"

"Iya, aku lihat jelas, yang bawa mobil itu cowok mana ganteng banget lagi, udah gitu aku lihat mobilnya melayang ke udara terus tiba-tiba mobilnya meledak. Ngeri banget gila."

"Duh, kasihan ya. Tapi kok bisa ya, dia ngebut apa gimana?"

"Tadi aku lihat mobilnya melaju kencang, kencang banget, mungkin dia ngebut-ngebutan jadinya gitu."

"Tapi kok bisa meledak? Asli kaget banget aku dengar suara ledakan tadi aku kira apa taunya dari mobil."

"Aku juga gak tau. Gak kebayang gimana dia di dalam mobil dalam kondisi terbakar."

"Hancur pasti badannya. Ingat gak Aktor Paul Walker? Dia'kan juga kecelakaan dan terbakar habis di dalam mobil"

"Iya aku tau itu tapi bedanya mobilnya dia jatuh ke laut. Sumpah aku kasihan, aku bisa bayangin gimana hancurnya keluarga dia apalagi ibunya waktu tau anaknya meninggal."

Aira terdiam masih dengan posisi menunduk ketika mendengar suara dua orang perempuan yang melewatinya usai kembalinya mereka dari pembatas jembatan dimana jatuhnya Darren ke laut tadi. Hatinya hancur berkeping-keping saat orang itu mengatakan suaminya meninggal. Papanya Bian meninggal? Tidak! Darren tidak mungkin meninggalkannya. Hei, laki-laki itu pernah bilang akan membahagiakan-nya dan tidak meninggalkannya dan Bian. Apa Darren melupakan itu?

Kevin menutup mulutnya menggunakan kepalan tangan kanannya tidak percaya apa yang baru saja ia lihat. Mata cowok itu memerah dan tak lama kemudian buliran bening jatuh dari pelupuk matanya. Tidak mungkin sahabatnya pergi, tidak mungkin. Apa yang ia lihat tadi Kevin berharap itu orang lain. Tapi...mobil putih yang melayang di udara dan meledak tadi terjadi di depan matanya sendiri, yang mana sebelum kecelakaan Kevin menggunakan motor ninja Rey mengejar Darren lantaran khawatir akan keadaan Darren dan otomatis ia melihat itu semua. Dimana Darren membanting setir, kecepatan mobilnya mengendara hingga peristiwa ledakan keras tadi. Dan sekali lagi itu terjadi di depan matanya.

Tidak ada alasan untuk menyangkal itu semua. Darren meninggal.

Odit dan yang lain juga begitu, tidak percaya kalau Darren akan pergi secepat itu. Kejadian ini benar-benar di luar dugaan, mereka mengira bisa membawa Darren ke rumah sakit lalu mendapat penanganan medis tapi malah kejadian seperti ini yang mereka lihat. Rencananya Kevin akan mengejar Darren sedangkan yang lain mengejar mobil hitam yang mana di dalamnya ada Aira dan Bian. Namun takdir berkata lain.

Tanpa diminta kenangan mereka bersama Darren berputar bagai kaset rusak tanpa henti menciptakan denyutan nyeri di dada mereka. Setiap mata berkedip seribu senyuman, tawa lebar Darren, bagaimana dulu hangatnya Darren menerima mereka sebagai sahabat bagai pecahan beling yang bertaburan di benak mereka. Bagai ditusuk ribuan jarum hingga darah mengucur banyak menggambarkan bagaimana sakitnya yang dirasakan Kevin. Tak mampu menopang tubuhnya, Kevin terjatuh dengan kedua lutut menyentuh aspal dengan tangan kanan yang mengepal kuat menyentuh dadanya dan dengan pelan ia memukul dadanya, awalnya pelan namun lama kelamaan menjadi kuat. Berharap. Kevin berharap semoga rasa sakit ini hilang segera.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang