Happy Reading
.
.
.
--------"Aku tau, aku telah menyakitimu tapi
aku tidak akan berhenti meminta maaf
agar kau tau betapa aku sangat menyesal."
----------Darren menatap sendu punggung Aira yang menjauh. Tangan besarnya mengepal ketika rasa sesak itu menghantam kuat hatinya dan seakan mematikan seluruh saraf pernapasannya membuat dada Darren naik-turun seiring jatuhnya airmata menggambarkan bahwa ia sangat menyesal. Jika ada alat untuk mengukur rasa penyesalan ini Darren berada di tingkat atas atau bahkan lebih.
Darren menutup matanya, bayangan dimana ia menyakiti Aira, tidak mengakui gadis itu, membenci gadis itu, bahkan menamparnya berputar bagai kaset di otak Darren. Seharusnya Darren sadar, setiap melukai hati gadis itu selalu ada rasa bersalah di hatinya dan sesak ketika Darren melihat Aira menangis karena kelakuannya. Dan bodohnya Darren malah menampik rasa itu dan mengikuti logika-nya untuk semakin menyakiti Aira.
Dan finalnya, saat dimana Darren menghina Aira di apartemen dua minggu lalu dan kepergian gadis itu, Darren masih menyangkal rasa itu hingga kebusukan Selly terkuak membuatnya sadar. Orang yang ia anggap berlian yang harus ia jaga malah dengan tega-nya bermain di belakangnya membuat Darren sangat kecewa. Dan sebaliknya, orang yang ia anggap debu, orang yang terus ia abaikan malah seperti malaikat yang selalu sabar menghadapi sikapnya yang kasar dan tukang selingkuh.
Dan sekarang, gadis manis itu menyerah dan memilih pergi darinya akibat tidak kuat menahan sakit hati dan habis kesabaran. Dalam hati Darren tertawa lirih sambil mendongak membiarkan setetes airmata disusul yang lain menetes melewati samping mata. Apa ini yang Aira rasakan dulu? Jika ia, sekarang Darren tau bagaimana rasanya. Sakit. Itu yang ia rasakan dan juga ngilu di hatinya.
"Maaf. Maafin aku sayang. Aku tau kamu kecewa sama aku bahkan kamu marah sama aku gara-gara sikapku. Tapi aku gak akan nyerah, aku bakal buktiin ke kamu kalau aku nyesel. Maafin aku Ai, sumpah aku nyesel banget nyakitin kamu. Maafin aku udah sia-siain kamu. Biarin aku berjuang buat dapatin maaf kamu hmmm? Kalo kamu gak ngizinin gak papa aku akan tetap berjuang." Tekad Darren dalam hati.
Darren membuka matanya yang memerah, mengusap kasar matanya untuk menghapus sisa-sisa airmata sialan itu kemudian pergi dari sana pulang ke apartemen. Sebenarnya Darren ingin bawa Aira pulang tapi sepertinya tidak bisa karena tadi Aira meninggalkannya begitu saja.
"Aira tinggal dimana?" Tanya Darren pada Hugo lewat telepon.
"Gak tau. Tapi kayaknya dia tinggal sama Varrius."
"Gue gak ada lihat Varrius tadi."
"Ya gimana mau lihat orang lo pergi gitu aja tadi sama Aira!
Mendengar nama istrinya disebut Darren tersenyum dan tanpa diminta jantungnya bereaksi dan hatinya berdesir.
Si bumil itu. Astaga!
"Berarti emang gak liat gue."
"Lo ada masalah sama Aira atau apa? Soalnya tadi gue lihat dia datang matanya merah gitu, hidungnya juga merah kayak habis nangis. Kenapa sih?!
Tatapan Darren berubah sendu, matanya fokus menatap lurus ke depan sambil menyandar di kursi kemudi. Darren meremas setir mobil kuat menyalurkan rasa bersalahnya pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darren : My Husband [ END ]
Teen Fiction*FIKSI REMAJA* [ 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝔹𝔸ℂ𝔸 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝔸𝕌𝕋ℍ𝕆ℝ ] Baca sebelum di hapus Warning [ 🔞 ] mengandung kata-kata kasar, kekerasan, kata kotor, vulgar harap bijak dalam membaca. Konflik dalam cerita ini berat, jika tidak suka jangan baca d...