Happy Reading
.
.
.
__________"Izinkan aku merasakan kenyamanan
ini walau sedetik saja."
--------Long beach, California, Amerika Serikat
Dua orang pria tampan berbeda usia duduk di salah satu restoran ternama. Setelah memakan pesanan, salah satu dari mereka yang terlihat lebih nudah membuka tas punggungnya mengeluarkan beberapa lembar kertas berisi foto seorang gadis muda yang memakai gaun biru langit di bawah lutut. Menyerahkan lembaran foto itu pada laki-laki yang jauh lebih tua darinya.
"Ini gambar yang saya bilang seminggu lalu" ucap pria itu tenang. Walau berada di negeri paman sam, mereka berdua yang memang dari tanah air memilih menggunakan bahasa indonesia.
Pria itu diam sembari mengamati setiap gambar satu dengan yang lain. Matanya berkaca-kaca melihat senyuman gadis itu. Senyumnya sangat mirip dengan seseorang yang sudah lama meninggal. Cowok yang lebih muda menatap lekat pria paruh baya di depannya. Ia bisa melihat ada kerinduan mendalam di bola matanya yang warna abu-abu.
"Apa dia bahagia? Apa orang itu memperlakukannya dengan baik?"
Pemuda itu diam sambil membuang muka.
"Ansel, look at me. Don't try to lie to me." Desis pria itu mengeram.
Ansel membuang nafas gusar. Percuma membohongi pria ini.
"Nggak. Sama sekali dia nggak bahagia. Gadis itu selalu menderita akibat ulah orang di sekitarnya."
Pria itu mengeram lalu mengambil buku kecil dan pulpen dibalik jas hitamnya. Kemudian diletakkan di meja sedikit di dorong di hadapan pemuda itu.
Ansel mengangkat alisnya.
"Beritahu pada ku siapa saja mereka. Dan setelah ini ikut aku ke suatu tempat."
-----
Darren membuka pintu ruang inap dilantai dua sesuai kata Kevin. Di dalam sana terbaring seseorang yang kakinya di perban. Di sisi ranjang berdiri Reynand yang tengah menatapnya datar. Sedangkan para sahabatnya yang lain duduk di sofa sambil bermain game, sebenarnya hanya Hugo. Si sipit itu sangat suka yang berbau game.
"Kenapa bisa?" Tanya Darren memasukkan tangannya ke saku jaket.
Reynand diam bagai orang bisu.
Darren memutar matanya malas. Sahabatnya yang satu ini sangat dingin, benar benar dingin.
"Nghhh..."
Lenguhan itu membuat mereka semua menatap ke ranjang.
"Eh, udah sadar dia." Celetuk Kevin mendekat diikuti Hugo dan Odit.
"Kasih minum Rey kayaknya dia haus."
Rey menurut. Ia mengambil segelas air putih di nakas lalu membantu orang itu minum.
"Gimana, udah mendingan?" Tanya Odit pada orang itu yang menatap bingung mereka semua. Ia menyandarkan kepalanya di kepala ranjang.
Rey dengan wajah tanpa ekspresi tiba-tiba menarik rambut laki-laki itu ke belakang hingga mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darren : My Husband [ END ]
Teen Fiction*FIKSI REMAJA* [ 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝔹𝔸ℂ𝔸 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝔸𝕌𝕋ℍ𝕆ℝ ] Baca sebelum di hapus Warning [ 🔞 ] mengandung kata-kata kasar, kekerasan, kata kotor, vulgar harap bijak dalam membaca. Konflik dalam cerita ini berat, jika tidak suka jangan baca d...