Chapter 34. Bertemu Sheila

55.8K 4.4K 902
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
----------

Seorang pria dengan pakaian serba hitam, masker yang menutupi wajah dengan tas punggung besar berjalan mengendap-endap di belakang gedung perusahaan ternama sambil menoleh kesana-kemari memastikan tidak ada yang melihatnya. Setelah aman pria itu membuka pintu belakang gedung tempat biasanya ob menyediakan minuman untuk karyawan menggunakan obeng lalu masuk tak lupa menutup kembali pintu.

Pria itu berjalan santai di gelapnya ruangan sesekali bersiul sembari menggoyangkan obeng di tangannya. Ia berjalan lurus kadang berbelok ke kanan ke kiri balik lurus begitu seterusnya hingga ia berdiri di depan pintu kayu yang sedikit berdebu tepat di ujung lorong toilet perempuan. Melihat pintu itu di rantai kuat serta di gembok, laki-laki bermasker itu mengeluarkan pistol di saku celananya kemudian di arahkan ke pintu.

Dor...

Dor...

Setelah terbuka pria itu masuk ke dalam dan melihat ada tangga yang mengarah ke bawah. Ia menyimpan pistol nya lalu turun ke bawah dengan cepat dan berlari ketika menapaki lantai menyusuri lorong yang minim cahaya. Tidak ada apa pun di ruangan itu hanya ada barang-barang yang tidak berguna dan selebihnya kosong.

Tiba di tengah ruangan yang lantainya terbuat dari tanah laki-laki itu berhenti kemudian mengeluarkan sesuatu dari tas-nya dan di letakkan di dinding sudut setelah mengatur waktunya.

Pria itu mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang.

+08632649xxxxx
Bos, semua udah beres dan aman.

Bos
Bagus, sekarang kamu keluar dan tekan tombol merah.

+08632649xxxx
Oke, Bos.

Laki-laki itu keluar dengan cepat dari gedung tanpa meninggalkan jejak sedikit pun dan masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di seberang jalan. Ia memperhatikan gedung itu dan sebuah kotak kecil persegi di tangannya secara bergantian sebelum akhirnya menekan satu kali tombol itu.

DUARRR!!!

Terdengar ledakan keras dari ruang bawah tanah disusul munculnya api besar melingkupi gedung itu menjalar hingga terbakar setengah dari perusahaan ternama yang mana pemiliknya adalah orang yang cukup berpengaruh dan di segani di kalangan bisnis.

Wijaya Company.

------

"Raymond!" Panggil Sheila celingak-celinguk mencari keberadaan anaknya yang entah dimana wujudnya. Matanya mengedar di sekitaran taman, mana tau Ray nyemplung di paret atau sedang mengerjai tukang penjualan atau mengisengi pembeli. Kebiasaan Ray belakangan ini.

Sheila tak mau kejadian dua hari yang lalu terulang kembali, dimana Ray dimarahi seorang ibu-ibu karena menjahili anaknya yang berumur enam bulan sampai menangis dan terjatuh dari kursi halte tempat mereka menunggu bis. Sheila hampir menangis saat itu karena tak tega anaknya di bentak-bentak, sementara Ray bukannya merasa bersalah malah cekikikan melihat seekor anjing dan kucing duduk di dekat tong sampah sambil menggaruk-garuk tubuhnya.

Gadis berumur delapan belas tahun itu duduk di taman sembari menyeka keringatnya. Sheila memijit kakinya yang terasa pegal seraya menoleh kesana kemari berharap Ray datang kepadanya sambil merentangkan tangan.

"Ini anak kemana sih? Ray makin lama makin bandel aku juga yang susah. Lihat aja kalau dia datang, aku jewer tuh kuping-nya." Gerutu Sheila meremas tangannya gemas.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang