Chapter 13. Menikah?

53.2K 4.2K 42
                                    

Happy Reading
.
.
.
--------

Ia menatap orang itu yang semakin menjauh. Pikirannya melanglang buana, satu sisi ia ingin melindungi tapi disisi lain hatinya seakan menyuruhnya untuk menjauh. Pada akhirnya ia hanya diam sambil mendengar suara teriakan minta tolong yang semakin lama semakin keras.

"Dia bohong. Apa yang dia bilang semuanya bohong." Ucapnya sambil berlalu dari sana.

----------------------

Brak!

"Bangun lo!"

Arkan menendang pintu kamar mandi dan menghampiri Aira yang meringkuk kedinginan dekat bathup lalu menarik kasar tangan gadis itu yang terkejut mendengar gebrakan pintu. Nyawanya belum terkumpul sempurna tapi ia sudah diseret Arkan.

"Kak, tangan aku sakit." Rintih Aira berusaha menarik tangannya yang semakin di cengkram kuat oleh Arkan. Laki-laki tak berperasaan itu malah mempercepat jalannya menuju lantai satu. Sama sekali tak peduli suara rintihan Aira. Setelah sampai di depan pintu gudang yang mana kamar Aira, cowok itu membuka pintu lalu mendorong Aira hingga gadis itu tersungkur dilantai.

"Ganti baju lo, kita kerumah Darren sekarang!" Ucap Arkan dingin lalu keluar dengan membanting pintu.

Aira berdiri dengan hati-hati sambil mengusap perutnya.

"Maafin Om kamu ya, Nak, dia sayang kamu kok." Kata Aira pelan menatap pintu dengan pilu.

Penampilannya saat ini sangat kacau, seragam sekolah yang masih ia pakai terdapat bercak darah yang lumayan banyak. Semalam saat Andre menarik tangannya, ia dibawa ke tempat ruang rahasia dilantai dua. Di ruangan itu ada beberapa senjata tajam, seperti pisau, golok, gergaji, dan cambuk. Yang membuatnya takut ialah dua tiang besi yang berdiri bersisian dekat dinding dan lengannya di ikat dengan rantai diantara tiang besi itu.

Kulit lengannya terkelupas akibat ia tarik kuat karna tak tahan dengan cambukan di kedua kakinya. Andre kalap, dengan kejam ia terus mencambuk kakinya. Tapi Aira masih bersyukur, ayahnya sama sekali tak mengganggu janinnya.

Setelah hukumannya selesai dan di obati bukannya istirahat bundanya malah mengunci dirinya di kamar mandi semalaman.

Aira menyudahi pikirannya dan mulai membersihkan diri, entah apa yang akan terjadi nanti, ia tak yakin Darren mau tanggung jawab bukan hanya itu laki-laki itu juga sudah memiliki kekasih. Aira pasrah, ia tak tau lagi harus bagaimana, jika bukan karna ayahnya ia tidak akan meminta tanggung jawab Darren.

Usai membenahi diri, Aira keluar dari kamar dengan kaki terpincang menuju ruang tamu. Gadis itu sesekali merintih kesakitan saat kakinya di gerakkan apalagi tangannya yang lecet benar benar sakit.

"Nih." Ujar Anita sambil menyerahkan dua lembar uang merah. Aira mengernyit bingung, untuk apa Anita memberikannya uang?

"Buat apa, Bun?"

"Kamu gak berharap kan kita satu mobil? Karna saya nggak sudi ngasih tumpangan buat kamu." Sarkas  Anita memutar matanya malas.

Aira terdiam. Sekarang ia tau kenapa dirinya diperlakukan berbeda dari kakaknya dan tak pernah merasakan kasih sayang. Apalah daya ia hanya anak pungut.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang