Happy Reading ❤
.
.
.
_________Dua minggu kemudian...
"Gue cuma mau bilang, sebagai sahabat atau mungkin saudara yang sayang sama lo, gue minta putusin Selly. Dia gak sebaik yang lo pikirin Ren, tanpa lo tau dia sering selingkuh di belakang lo."
"Dari pada lo nyesel nantinya, mending lo putusin mumpung belum terlambat."
"Gue heran deh sama lo, bisa-bisanya lo masih pertahanin dia disaat gue lihat hubungan kalian kayak renggang gitu. Minggu lalu kalian batal jalan karena dia ada urusan, dua hari yang lalu juga dia gak nepatin janjinya buat nemanin lo tanding basket, kemarin juga diajak makan malam di markas gak mau karena capek. Dan setelah semua itu, apa lo gak curiga? Gue aja yang bukan siapa-siapanya curiga apalagi lo sebagai pacarnya!"
"Gue bilang gini, ngotot terus biar lo putusin dia karena gue gak terima sahabat gue di giniin. Lo kayak di bodohin Ren, lo terlalu memanjakan dia, apa-apa lo turuti semua keinginan dia buat dia jadi semena-mena sama lo."
"Ck. Lo belain dia jatuhnya malah kayak orang bego. Dah lah, kalau emang lo masih pertahanin dia dan masih bertahan di hubungan gak jelas gini, terserah lo yang penting gue udah bilang dari awal putusin tuh cewek. Jangan nyesel lo."
"Bullshit dia bilang cinta sama lo! KALO EMANG DIA CINTA SAMA LO KENAPA DIA GAK PERNAH ADA WAKTU BUAT LO DAN MALAH SIBUK SAMA URUSANNYA SENDIRI?! GINI YANG NAMANYA CINTA SAAT LO BUTUH DIA TAPI TUH CEWEK SIALAN GAK ADA BUAT LO DENGAN ALASAN YANG BUAT GUE MUAK DAN PENGEN NONJOKIN MUKANYA??!!"
Semua kata-kata Odit tergiang di benak Darren. Masih membekas di ingatannya kala Odit membentaknya habis-habisan karena membela Selly yang menurutnya itu wajar. Ya wajar, setiap orang punya kesibukan masing-masing dan pasti jarang ada waktu untuk bermain-main atau meluangkan hal-hal yang tidak penting. Apalagi seorang Selly, banyak yang mempekerjakan gadis itu mulai dari endorse dan model. Malah Darren kasihan pada Selly karena setiap malam gadis itu mengeluh capek padanya, bilang badannya kurang sehat dan jarang tidur akibat banyaknya pekerjaan.
Dan Darren juga menyalahkan dirinya sendiri akibat menyuruh Selly untuk menemaninya di kala dia sedang bekerja. Jadi siapa disini yang salah? Darren hanya menghargai ucapan Selly yang bilang tidak ada waktu untuknya karena Darren paham bagaimana sibuknya gadis itu.
Darren mengacak rambutnya yang basah sehabis mandi pakai handuk putih. Laki-laki bertindik hitam itu membuka lemari, mengambil kaos putih ketat dan celana jeans hitam robek di bagian lutut. Setelah memakai pakaiannya, Darren berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya ke belakang kemudian memandangi wajahnya. Merasa kurang pas dengan gaya rambutnya, Darren mengacak kembali hingga berantakan menimbulkan senyuman kecil di bibirnya.
"Kalo gini, gue lebih ganteng." Sombong Darren mengibas rambutnya hingga semakin berantakan tapi Darren suka. Darren memakai jaketnya kemudian keluar dari kamar berniat ke dapur makan siang.
"Ai, gue laper." Ucap Darren tapi tidak ada sahutan. Darren mengernyit dan berjalan ke dapur melihat sang istri.
"Ai, gue udah lap,-"
Darren tertegun. Baru sadar Aira tidak ada di apartemen.
Darren berkacak-pinggang, menjilat memutar bibirnya sebelum menendang kursi hingga berbalik. Tidak tau apa yang terjadi pada dirinya, yang pasti ia merasa sangat kosong dan hampa ketika tidak ada sang istri disini. Hei bukannya ini yang ia inginkan? Tapi, kenapa rasanya ada yang sesak dan terasa hilang di hatinya?
"Ck, lo kemana sih, Ai." Decak Darren frustrasi.
Malam ketika Darren pulang dari club, Darren mencari Aira yang mungkin nangkring di tengah jalan atau mungkin sedang duduk di bangku taman kalau tidak di halte. Tapi nihil, tubuh mungil itu tidak ia temukan. Darren sudah seperti orang gila yang berkeliling mutar-mutar berharap bertemu si bumil itu, tapi tetap saja. Tiga jam mencari belum juga ia temukan hingga akhirnya ia menyerah dan pulang ke apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darren : My Husband [ END ]
Teen Fiction*FIKSI REMAJA* [ 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝔹𝔸ℂ𝔸 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝔸𝕌𝕋ℍ𝕆ℝ ] Baca sebelum di hapus Warning [ 🔞 ] mengandung kata-kata kasar, kekerasan, kata kotor, vulgar harap bijak dalam membaca. Konflik dalam cerita ini berat, jika tidak suka jangan baca d...