Happy Reading
.
.
.
-----------"Sakit. Tapi gak papa, udah biasa."
----------------------
Darren membuka matanya perlahan memperlihatkan manik cokelat terang miliknya. Mengernyit sebentar sambil menatap langit-langit ruangan kemudian menoleh ke sana kemari.
Rumah sakit.
Darren menghela nafas panjang saat ia melihat tidak ada orang di ruangan ini, hanya ada dirinya seorang. Kembali memejamkan mata berusaha mengingat apa yang terjadi dan menyebabkan ia di rumah sakit.
Hutan. Penyekapan. Sahabatnya. Smoke. Gelap...
Laki-laki dengan pakaian khas rumah sakit itu membuka matanya cepat lalu terduduk sambil mengatur nafasnya saat memori tentang dirinya dan para sahabatnya yang disekap dihutan dan di hajar habis habisan menghantam kepalanya kuat hingga cowok yang rambutnya acak acakan itu memukul kepalanya sendiri. Namun sayangnya, kepalan tangannya tak sengaja menyentuh belakang kepalanya yang dibalut perban akibat luka yang ia dapat dari pukulan balok kayu yang disebabkan oleh Bravo, hingga Darren meringis kesakitan sambil mencengkeram rambutnya.
Rupanya ringisannya itu berhasil di dengar oleh seorang gadis yang berada di kursi tunggu depan ruangan Darren. Gadis itu dengan cepat membuka pintu dan membulatkan matanya melihat Darren sudah sadar.
"Darren lo udah sadar? Lo baik baik aja kan gak ada yang luka? Sini bilang sama gue, biar gue panggil dokter." Tanya gadis itu heboh seraya memeriksa tubuh Darren siapa tau ada yang luka.
Darren mendongak, menatap seorang gadis yang tengah memeriksa seluruh tubuhnya. Laki-laki itu menggeleng pelan.
"Beneran?" Tanya gadis itu tak yakin.
Darren mengangguk seraya tersenyum tipis meyakinkan gadis itu kalau ia tidak apa-apa. Gadis itu menghela nafas kemudian meraih segelas air putih di nakas lalu diberikan kepada Darren yang dengan cepat meminumnya. Usai meletakkan gelas kosong itu, sang gadis membantu Darren berbaring di ranjang dan menyelimuti laki-laki itu sebelum akhirnya duduk di samping ranjang.
"Sahabat gue mana?" Tanya Darren melihat para sahabatnya tidak ada disini.
"Ohh, mereka sempat ke sini jagain lo, cuma udah pulang nanti katanya datang lagi sama bokap nyokap lo juga." Jawab gadis itu menatap lekat Darren.
Darren mengangguk. "Yang bawa gue ke sini siapa?" Tanya Darren penasaran. Ia tidak yakin sahabatnya yang membawanya ke sini saat kondisi mereka hampir sama seperti dirinya.
Jenni. Gadis cantik berambut pirang, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik, tubuh tinggi semampai, kulit putih bersih itu tersenyum lembut pada Darren dengan menggenggam satu tangan laki-laki yang memakai tindik di telinganya itu.
"Gue yang bawa lo ke sini. Percaya gak percaya, waktu itu gue lagi jalan jalan di pinggir hutan gak terlalu ke dalam sih sambil nyari anjing gue yang hilang entah kemana. Terus gue lihat kayak ada asap tebal di tengah tengah hutan, karna gue orangnya kepo gue masuk lebih dalam lagi ngikutin asap itu. Pas gue sampe gue lihat lo sama yang lain diikat dengan keadaan pingsan. Disana gak ada siapa siapa, jadi gue hubungi supir gue jemput gue dan batuin lo sama teman lo dan berakhir deh disini. Gak kayak lo, yang lain udah bisa pulang setelah sehari di rawat." Jelas Jenni panjang lebar masih menggenggam tangan Darren bahkan mengusap telapak tangannya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darren : My Husband [ END ]
Teen Fiction*FIKSI REMAJA* [ 𝕊𝔼𝔹𝔼𝕃𝕌𝕄 𝔹𝔸ℂ𝔸 𝔽𝕆𝕃𝕃𝕆𝕎 𝔸𝕌𝕋ℍ𝕆ℝ ] Baca sebelum di hapus Warning [ 🔞 ] mengandung kata-kata kasar, kekerasan, kata kotor, vulgar harap bijak dalam membaca. Konflik dalam cerita ini berat, jika tidak suka jangan baca d...