Chapter 6. Shine

65.6K 5.1K 275
                                    

Happy Reading
.
.
.
--------

"Di dekat mu aku nyaman."

*****

Bravo Adisson, laki-laki blasteran amerika-indonesia ini berusia delapan belas tahun sejak keluar dari penjara seminggu yang lalu. Cowok berdarah amerika ini memiliki tubuh tinggi tegap, matanya yang kebiruan ciri khas seorang Bravo, rambut kecoklatan, putih bersih, hidung bak perosotan, rahangnya yang tegas, pahatan wajahnya yang sempurna membuat seorang Bravo bagai malaikat bersayap. Mungkin tuhan sedang bahagia saat menciptakan laki-laki ini. Siapapun yang melihat Bravo pertama kali pasti akan jatuh hati.

Tapi siapa pun tidak akan ada yang percaya, bahwa laki-laki berwujud malaikat ini terbebas dari jeruji besi yang ditinggali-nya hampir tiga tahun akibat membunuh keluarganya sendiri. Bravo membantai habis keluarganya di saat malam tahun baru usai merayakan hari ulang tahun ibunya.

Tengah malam tepat pukul dua dini hari Bravo melancarkan aksinya. Dia pergi ke kamar orang tuanya yang tertidur nyenyak, lalu menyeret keluarganya ke ruang tamu tanpa takut kalau orang tuanya akan bangun. Setelahnya ia pergi ke kamar adik perempuan-nya yang berusia delapan tahun, menggendong-nya seperti karung beras dan meletakkan adiknya di samping orang tuanya.

Bravo mengambil beberapa botol air es di kulkas guna menyiram keluarganya agar bangun. Ayah dan ibunya terbangun akibat siraman air es itu lalu terkejut melihat anak lelaki mereka berdiri di samping nya. Di susul adiknya yang ikut bangun.

Mereka sempat bertengkar hebat sebelum ia membacok ayah dan ibunya hingga meregang nyawa. Adik perempuan-nya di perkosa secara paksa membuat gadis kecil itu ikut menyusul ayah dan ibunya.

Beberapa jam kemudian Bravo di tangkap di sebuah mall dan di bawa ke kantor polisi. Dari pertanyaan yang dilontarkan polisi mengenai pembunuhan keluarganya, Bravo mengatakan ingin balas dendam. Entah dendam apa yang dimaksud tidak ada yang tau sebab Bravo tak lagi mengatakan apapun.

Bravo tak hanya membunuh keluarganya, ia juga sudah menghilangkan nyawa seseorang beberapa kali. Akibat tindakan-nya itu, Bravo menjalani hukuman selama tiga tahun saat dia masih duduk di bangku kelas dua smp. Kenapa tiga tahun? Katanya karna ia masih berada di bawah umur. Dan lagi ada orang dalam yang membantu-nya selama di penjara. Entah apa itu.

Usai keluar dari penjara laki-laki bernetra biru itu menjalani kehidupan-nya seperti biasa. Tanpa tau bahwa bebasnya dia sangat berdampak bagi seseorang.

Tok... Tok..

Lamunan Darren yang duduk di meja belajar buyar oleh ketukan pintu di kamarnya.

"Masuk." Ujar laki-laki itu seraya menatap pintu yang sudah terbuka, menampakkan Dinda yang tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Darren sambil membuka buku paket biologi, pura-pura membaca.

"Nanti malam kamu ada kegiatan nggak?" Tanya Dinda mengelus rambut putranya.

Darren mendongak menatap Dinda yang berdiri di sampingnya.

"Nanti malam, Darren mau ketemu teman-teman."

Dinda menghela nafas. Setiap malam Darren selalu keluar dan tak ada waktu untuk menemani nya dirumah. Sementara suami-nya, Alvian Andhika selalu sibuk di perusahaan. Memang beginilah nasib jika punya anak tunggal.

"Yaudah, tapi kamu pulang-nya jangan lama-lama." Titah Dinda tegas.

Darren hanya mengangguk. Sebelum pergi Dinda mengecup puncak kepala Darren lalu keluar dari kamar anaknya.

Darren mengambil ponselnya di meja belajar lalu menghubungi salah satu sahabatnya. Namun baru saja ia ingin bicara, Kevin langsung menyahut cepat.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang