Chapter 63. Kembali bersama

115K 6K 1K
                                    

Happy Reading
.
.
.
***

Yang bingung kenapa cerita ini belum ending, itu karena nama panjang Aira diganti

Nungguin ya? 😁

Apa Darren pernah bilang kalau seluruh hidupnya ada di tangan Aira? Apa Darren pernah bilang, jika setiap menatap manik hitam legam milik Aira membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya ke dasar laut? Apa Darren pernah bilang, tanpa Aira di sampingnya terasa hampa dan tidak berguna? Darren sadar sangat sadar bahwa ia lemah jika berada di dekat Aira, gadis yang sangat ia cintai.

Seperti sekarang ini tanpa diminta airmatanya turun hanya karena mendengar suara Aira yang mengucapkan selamat ulang tahun persis di dekat telinganya juga usapan lembut tangan gadis itu di perutnya yang telanjang. Darren lemah.

Aira yang mendengar sang suami menangis melepaskan lingkaran tangannya, membalikkan badan Darren agar menghadap ke arahnya. Darren menunduk.

"Lha, kakak nangis?" Tanya Aira tidak percaya.

Darren diam sibuk menarik ingusnya.

"Jangan nangis atuh melebur ini ingusnya." Dengan lembut penuh cinta Aira mengusap mata Darren yang basah berusaha menghapus airmata nakal itu.

Darren menatap intens wajah ayu Aira yang sangat dekat dengannya. Hatinya membuncah entah karena apa rasanya campur aduk, tapi yang paling mendominasi adalah kehangatan yang menjalar di dadanya.

Aira tersenyum, mengusap lembut rahang kokoh Darren.

"Selamat ulang tahun, maaf, aku gak ada kado buat kamu gak kepikiran soalnya." Ujar Aira

"Ini gak mimpi kan?" Tanya Darren serak.

Aira menggeleng. "Kakak gak mimpi."

Darren ikutan menggeleng. "Ini mimpi. Pasti mimpi, gak mungkin ada Aira disini." Sanggah Darren tak mau berharap.

Seluruh keluarga Wijaya dan Aditama beserta sahabat Darren hanya mengulum senyum apalagi ketika Darren menggeleng kuat seperti anak kecil.

"Ck, pergi sana gue gak mau ya Aira lihat gue sama cewek lain entar dikira gue selingkuh lagi padahal sebenarnya enggak, cuma Aira yang ada di hati gu-" mata Darren membulat kala bibirnya di bungkam oleh benda lembut nan kenyal. Manik Darren turun menatap Aira yang juga menatapnya hangat dengan bibir mereka yang saling menempel.

Aira melepaskan bibirnya, tersenyum tanpa dosa melihat Darren yang mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Mimpi, hm?"

Darren menatap lekat Aira dan sedetik kemudian memeluk perempuan itu erat tapi tetap menjaga perutnya yang buncit dibalik dress putih dihiasi renda di bagian dada dan lengan sangat mencetak tubuh Aira yang berisi.

Darren menangis, terlihat bahunya yang bergetar walau tidak ada suara isakan, Darren menahannya. Aira dengan lembut mengusap kepala Darren dan menepuk punggungnya.

"Hiksss...aku kira mimpi, aku kira cuma halusinasi doang, aku gak mau berharap tapi ternyata benaran kalau ini kamu..hiksss." Isak Darren pecah sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Aira.

"Aelah, mewek amat lo. Lihat noh, perut Aira buncit ada anak lo di situ, gak malu lo?" celutuk Hugo memainkan terompet di tangannya kasar. Gemas, melihat Darren yang menangis seperti anak kecil padahal sebentar lagi jadi seorang Ayah.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang