Chapter 17. Resah

55.1K 4.3K 188
                                    

Happy Reading
.
.
.
---------

"Cok, entar malam ke arena yok udah lama juga kan gak main. Mumpung nyokap gak di rumah." Ajak Hugo.

"Males ah lagian gak ada balapan ngapain coba ke sana." Tolak Odit membuka bungkus permen hot.

"Ck, ketinggalan info lo pasti." Decak Hugo kesal.

Odit mengernyit. "Berita apa kok gue gak tau?"

Kevin yang selonjoran di lantai basecamp melempar kulit kacang pada Odit yang duduk di sofa.

"Kebanyakan main sih lo jadinya gak tau kan."

Odit mendengus malas balik melempar bantal sofa pada sahabatnya itu.

"Gue nggak tau, Njing. Gak usah pada bacot bilang aja sih."

"Kata Fino ada orang baru yang baru gabung di arena terus dia ikut balapan lawan anak sebelah. Gue gak tau pasti sih namanya, yang gue tau dia jago banget makanya itu gue mau ngajak lo pada ke sana pengen lihat dia." Jelas laki-laki bermata sipit itu.

"Emang nanti dia di sana?"

Hugo mengangguk, mengiyakan kata Odit.

"Wihhh mau lah gue sekalian cuci mata." Timbrung Kevin semangat.

"Ck, lobang mulu otak lo."

"Gak papa kali, Dit, namanya juga cowok dari pada si Rey." Kevin memyugar rambutnya ke belakang dengan gaya yang sangat menyebalkan bagi Odit.

"Kenapa sama gue?"

Odit, Kevin, dan Hugo menoleh ke belakang melihat Reynand datang bersama Darren. Wajahnya seperti biasa tanpa ekspresi dengan style-nya yang serba hitam.

"Hitam lagi." Gumam Odit memutar bola matanya malas.

"Rey lo tau nggak,-"

"Nggak." Secepat itu Reynand menjawab hingga Kevin menabok kepalanya membuatnya menoleh tajam.

Kevin nyengir. "Habis nya gue belum selesai ngomong udah di potong aja."

Reynand diam menatap malas Kevin.

"Ren, kita mau ke arena mau ikut nggak?" Tanya Hugo berahli menatap Darren yang menghisap rokok nya.

Tanpa pikir panjang laki-laki jaket merah itu mengangguk sambil menghembuskan asap rokoknya dengan bentuk O.

"Oke, fiks kita nanti langsung pergi jam tujuh."

Semuanya mengangguk.

________________

Aira berjalan mondar mandir di ruang tamu sesekali menggigiti ujung kukunya. Kadang duduk lalu berdiri kembali duduk lalu berdiri hingga Dinda yang duduk di sofa depan televisi jengah melihat tingkahnya.

"Bisa nggak sih kamu duduk! Pening pala saya lihat kamu mondar mandir kayak setrika."

Aira menoleh. "Kak Darren belum pulang, Ma, aku khawatir."

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang