Chapter 76. Berdamai

74.5K 4.8K 389
                                    

TAU AJA CUMA PRANK 😁
MAAF LOH YA ✌
___________________________

Happy Reading
.
.
.
.
-------

Selama perjalanan Darren terus mengecup punggung tangan Aira yang ada di genggamannya dengan tatapan lurus ke depan tanpa tau Aira menatapnya malu-malu.

"Tapi, Ren..." Aira mengerjap baru ingat sesuatu. Darren menoleh dengan tatapan hangatnya.

"Bukannya kamu luka, ya?"

Mendengar itu Darren mengangkat baju kaosnya menampakkan perut sebelah kiri yang dibalut perban.

Aira tambah bingung. "Tapi, kok kamu sehat-sehat aja?"

Darren melotot sangar. "Gak senang lo gue sehat?!" tanyanya galak membuat Aira mengerjap kaget.

Aira nyengir sembari mengusap tengkuknya. "Yah, bukan gitu maksudku. Itu gimana ceritanya? Kamu kenapa gak di rawat di rumah sakit? Kamu kan kena tembak, gak kekurangan darah emang?" tanya Aira beruntun sambil menggaruk ujung hidungnya. Dia bingung, seharusnya Darren...sekarat secara dia terkena tembak dan terbaring di rumah sakit bukan malah disini dengan wajah santai tanpa ada raut kesakitan.

Darren meraih tangan Aira yang masih menggaruk hidungnya, membuka telapak tangan Aira dengan jari-jarinya mengecup telapak tangan itu sekilas dengan tatapan hangatnya pada sang istri.

"Suami mu ini kan kuat jadi gak bakalan mati cuma gara-gara tembakan" jawabnya lembut.

"Ihh, kamu mah serius, mana ada kayak ginian bakalan baik-baik aja setidaknya kamu itu kesakitan atau gak terbaring di rumah sakit. Kalau kayak gini mah akunya malah heran" bantah Aira tidak percaya apa yang dikatakan Darren. Darah mengucur banyak dari perut Darren serta ringisan laki-laki itu masih terngiang di benak Aira bahkan Aira berpikir saat itu kalau ia akan kehilangan Darren. Bukannya tidak senang Darren baik-baik saja, malah ia bahagia karena tidak jadi menjadi seorang janda. Tapi Aira merasa sedikit aneh.

Tatapan hangat Darren berubah datar. "Pengen banget ya gue mati? Kayaknya lo senang banget. Kenapa? Udah ada pengganti gue, iya?!" sentak Darren dengan manik cokelat terang miliknya memancarkan kilat kecemburuan. Membayangkan Aira akan bersama dengan laki-laki lain mampu membakar hati Darren. Hatinya panas membara serta deru napasnya memburu. Ini masih bayangan, bagaimana jika kenyataan?!

Entah reflek atau sengaja, Aira menoyor dahi Darren kuat membuatnya mendapat tatapan maut dari Papa putranya itu. Bodoh. Boro-boro mencari pengganti berpikir saja tidak jika memang ia benar-benar kehilangan Darren. Darren jika cemburu ngeri sekaligus bego karena asal menuduh. Lihatlah tatapan mautnya itu membuat Aira bergidik.

"BERDOSA BANGET SIH LO, AI, NOYOR SUAMI SENDIRI!! GAK GUE KASIH JATAH MAMPUS, LO!!" ujar Darren mengelus keningnya mengejutkan supir akibat teriakan Darren yang memenuhi mobil.

"Eh," Aira tergagap. "Bukannya ke balik, ya?" Tanyanya bingung dengan mata mengerjap.

Darren pun sama. "Sama aja!" Kilahnya buang muka masih menampilkan raut cemberut. Kesal karena Aira menoyor dahinya juga kesal akibat cemburu masih membelenggu hatinya.

Aira merangsek mendekat, menyandarkan kepalanya di bahu Darren dan merasakan kenyamanan ketika berdekatan dengan suami tampannya ini.

"Tapi beneran, Ren, kenapa bisa?" Aira tidak akan berhenti bertanya jika pertanyaannya belum dijawab juga penasarannya belum terpenuhi.

"Waktu itu aku dibawa sama dia ke warung gak jauh dari tempat lokasi kejadian tadi, kita ngobrol bentar terus aku dibawa ke rumah sakit gara-gara waktu itu aku hampir pingsan. Setelah pelurunya diambil aku dirawat bentar disana terus aku minta keluar karena aku khawatir sama kamu, awalnya gak di bolehin Dokter tapi aku maksa dan akhirnya dia ngijinin dengan syarat setelah urusan aku selesai aku harus kembali ke rumah sakit." Jelas Darren sambil meraba perutnya bekas tembakan. Sebenarnya, ia sedang menahan sakit waktu ia berciuman dengan Aira namun ia tahan tak mau membuat Aira khawatir. Dan sekarang sakitnya bertambah membuatnya harus memejamkan mata.

Darren : My Husband [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang