Sungai

999 80 4
                                    

"Akhirnya, misi ini selesai juga." Temari menghela napas senang saat melihat para perampok yang berhasil mereka bereskan.

"Kau sadis sekali, padahal kata Tsunade - sama usahakan membawa mereka semua hidup hidup." Shikamaru begidik ngeri melihat mayat mayat di depannya yang sudah dikalahkan rekannya dalam waktu sangat singkat.

Temari menutup Tessennya dan menatap rekannya "Biarkan saja, toh kita sudah menangkap pemimpinnya, ini sudah cukup."

"Kau berbicara seolah olah sedang menangkap ikan."

Temari tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi putih miliknya "Ngomong ngomong, apa kau melihat sungai di dekat sini ? aku ingin membersihkan darah di kunaiku, ketua perampok itu juga sudah dibawa Jounin Konoha bukan ?"

"Aku mendengar suara deru sungai di dekat sini, ayo ikut aku."

Mereka berdua berjalan bersama, melewati jajaran pohon pohon yang menjulang tinggi dan semak semak yang cukup lebat.

Mata Temari terlihat berbinar saat melihat sungai jernih di depannya, meski alirannya sedikit deras, hal itu tidak menyurutkan ketertarikan sang Putri Suna terhadap air yang terllihat sangat sejuk itu.

Shikamaru sedikit menggelengkan kepalanya saat melihat Temari berlari kecil ke arah sungai. Ia dengan telaten membersihkan bekas darah yang ada di kunainya dan tersenyum puas saat melihat Kilauan benda tajam yang terbuat dari besi itu.

"Kau seperti tidak pernah melihat sungai saja." Ujar Shikamaru sambil duduk di samping gadis itu.

Temari nyengir "Entahlah, aku hanya selalu senang saat melihat sungai sejernih ini, kau tahu kan kalau di Suna tidak ada yang seperti ini ?"

"Souka." Shikamaru mengambil air dengan kedua tangannya dan melemparnya ke arah wajah. Ia mendesah senang saat merasakan segarnya air yang mengenai wajahnya. Jujur saja ia butuh sedikit penyegaran.

"Coba basuh wajahmu, Temari. Kau akan merasa lebih segar." Usul Shikamaru.

Temari mengangguk, baru saja ia akan mengambil air, sebuah kunai melesat cepat ke arah mereka. Gadis itu dengan cepat menghindar tapi sayangnya kakinya terpeleset tanah licin.

"TEMARI !"

Shikamaru berusaha secepat mungkin menggapai tubuh gadis itu, tapi tenaga Temari ternyata terlalu kuat untuk Shikamaru yang dalam keadaan tidak siap menerima tarikan.

Alhasil, keduanya terjatuh kedalam sungai yang tidak terlalu dalam itu. Suara air mengalir yang beradu dengan suara air saat mereka jatuh terdengar meramaikan hutan itu.

"Puuahh." Mereka berdua segera memunculkan kepala mereka untuk mengambil napas. Mereka duduk berdampingan dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

"Dasar bodoh ! Kalau tidak bisa ya jangan menangkap ku tadi ! Lihat sekarang ! Kita berdua jadi basah." Omel Temari sambil menyerang Shikamaru dengan cipratan air yang ia buat dengan mengayunkan dan sedikit memukulkan tangannya ke sungai.

"Aku reflek tahu ! Dasar wanita merepotkan. Siapa suruh kau menarikku dengan kuat seperti tadi ?!" Shikamaru menyeka wajahnya  dan membalas peebuatan Temari.

"Menyebalkan !" Temari membalas Shikamaru lagi.

Shikamaru kali ini tidak membalasnya. Setelah menyeka wajahnya, ia berjalan ke tepi sungai dan naik ke daratan. Ia mengulurkan tangannya ke arah Temari dengan tatapan malasnya yang biasa "Ayo naik, akan merepotkan jika kau sakit."

Temari mendengus dan sedikit berjalan untuk menggapai tangan rekannya. Shikamaru sedikit menarik Temari, membantu gadis itu untuk naik.

"Haah bajuku basah kuyup." Temari memeras roknya, mengurangi kadar air yang ada di bajunya.

"Kita tercebur ke sungai, sudah jelas basah kuyup, akan aneh kalau kita keluar dalam keadaan kering." Sahut Shikamaru acuh, ia melepas rompinya dan memerasnya.

Temari mendecih pelan "Dasar bocah cengeng menyebalkan."

Shikamaru haanya acuh, ia terus memeras rompinya dan mulai melepas atasnya, memeras hingga sekiranya tidak terlalu banyak air yang ada di bajunya lalu kembali memakainya.

Bocah bermarga Nara itu sedikit melirik rekannya yang sedang memeras roknya. Yaah, tidak mungkin kan jika Temari melepas pakaian atasnya dan memerasnya, mengingat dia adalah seorang perempuan dan ada Shikamaru yang bergender laki laki di dekatnya.

Shikamaru sedikit kasihan melihatnya, Temari terlihat sedikit menggigil, ia mengbol Tessennya dan membawanya dengan cara dipeluk.

"Haah merepotkan." Shikamaru mengambil sebuah gulungan anti air di dalam tas kunainya, ia mengeluarkan sebuah mantel misi yang panjangnya melebihi tinggi mereka berdua lalu menyampirkannya di bahu Temari untuk menutupi tubuh gadis itu.

Temari terlihat bingung "Aku tidak kedinginan."

"Bukan begitu.... Tubuhmu sedikit terlihat karena bajumu basah, gunakan itu untuk menutupi tubuhmu." Shikamaru menjelaskan maksudnya sambil menggaruk pipinya, terlihat ada rona merah tipis yang hadir disana.

Temari sedikit merona malu, ia mengeratkan mantel misi milik Shikamaru dan mengangguk pelan "A- arigatou."

Shikamaru menatap Temari yang terlihat malu malu, jatungnya berdetak semakin kencang. Shikamaru sedikit meragukan pengelihatannya, pasalnya sekarang ia melihat ada semacam cahaya cahaya seperti kunang kunang di sekitar tubuh Temari dan gadis itu terlihat berkali kali lipat lebih cantik dan menggemaskan.

Shikamaru mematung, ia tak bisa mengalihkan pandangannya walau sedetikpun meski ia ingin. Temari seakan menyihirnya.

Temari masih sibuk mengeratkan mantel misi Shikamaru di tubuhnya dan menetralkan  ekspresinya, terutama rona merah di wajahnya yang sangat ingin ia hilangkan. Ia sudah menyimpan Tessennya dengan aman di gulungan yang ia bawa.

Cup

Temari membulatkan matanya karena terkejut, ia menoleh dengan cepat saat merasakan bibir seseorang hinggap di pipinya. Rona merah yang coba ia hilangkan tadi kini semakin menjadi jadi, menyebar ke seluruh wajahnya.

"A- apa yang kau lakukan ?!" Temari sedikit berteriak.

Shikamaru sedikit tersentak, jujur saja tadi ia juga tidak sadar dengan apa yang ia lakukan "A- ahh.... Gomen A- aku ta- tadi...." Ia kehilangan kata kata untuk menjelaskan.

Temari hanya memalingkan wajahnya sambil menggerutu pelan. Shikamaru menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal sambil memalingkan wajahnya juga.

Untuk beberapa saat, keheningan dan kecanggungan melanda mereka berdua. Hanya suara air dan angin yang mengisi keheningan.

"G- gomen... A- ayo kita kembali ke desa." Shikamaru mengulurkan tangannya, tapi sesaat kemudian ia tersentak dan menarik tangannya kembali perlahan.

"Ayo." Temari dengan cepat menggapai tangan Shikamaru dan sedikit menggeretnya kembali ke Konoha dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk mengeratkan mantel misi di tubuhnya.

Shikamaru sedikit bingung dengan perilaku Temari, tapi ia terlalu takut untuk bertanya.

"Simpan ini hanya untuk kita berdua." Ucapan Temari membuat Shikamaru tersentak, ia pikir gadis itu akan memintanya melupakan kejadian ini dan menganggapnya tidak pernah terjadi. Tapi yang yerjadi malah sebaliknya.

Shikamaru tersenyum lembut lalu balas menggenggam tangan gadis itu, berjalan sedikit cepat untuk mensejajarkan langkah mereka "Tentu saja."

Yah, bahkan meski mereka ingin, kejadian kali ini tidak akan bisa hilang dari pikiran mereka.

Our Lovely DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang