Kiseki ( Shikamaru Side )

735 55 3
                                    

Bagi Shikamaru, Temari adalah keajaiban.

Temari seperti angin yang tak tersentuh, seperti mimpi yang terlalu indah untuk jadi nyata, seperti ilusi yang jauh dari kenyataan.

Wanita yang begitu mempesona, begitu baik, begitu perhatian, begitu sempurna menurut Shikamaru.

Sejak dahulu

"Dasar bocah cengeng."

Shikamaru tak pernah membenci setiap milik Temari. Wajahnya, perilakunya, gaya bicaranya, senyumannya, ejekannya, dan semuanya, seperti sebuah hujan saat kemarau panjang. Sesuatu yang begitu dinantikan.

"Anak kecil tidak merokok !"

Temari adalah wanita yang sangat perhatian, bahkan terlalu menurutnya. Entah bagaimana caranya, Temari seperti bayangan yang selalu mengikutinya. Setiap ia melakukan hal yang tidak seharusnya, Gadis itu selalu datang tepat waktu dan memarahinya.

"Untung saja aku datang tepat waktu, benar bukan, bocah cengeng ?"

Sang Putri Suna adalah penyelamatnya, sosok yang selalu berdiri dengan gagah di depannya. Shikamaru selalu menganggap hal itu memalukan juga menyenangkan. Melihat senyuman puas Temari setiap berhasil menyelamatkan nyawanya menjadi daya tarik tersendiri untuknya, menjadi sesuatu yang tidak bisa hilang dari pikiran meski ia ingin.

Tapi, tentu saja ia juga merasa harga dirinya terluka karena diselamatkan oleh wanita.

"A- aku ?!"

Shikamaru masih ingat dengan jelas wajah merona Temari saat ia mengatakan bahwa gadis itu manis. Padahal, Shikamaru hanya mengatakan yang sebenarnya, dan semua orang pasti tahu jika sang Putri Suna tergolong wanita yang cantik dan mempesona, entah kenapa Temari terlihat manis di matanya.

Seperti sosok lain sang gadis hanya ditunjukkan di hadapannya, kenyataan itu selalu bisa membuat hatinya menghangat saat mengingatnya.

"Setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan."

Setiap kata kata penghiburan di saat ia berada di titik terendah selalu bisa membuatnya memiliki secercah semangat baru. Meski bukan deretan kalimat manis, hati Shikamaru selalu menjadi cerah setelah mendengarnya.

"S- shikamaru ?!"

Semuanya begitu indah, begitu menakjubkan. Jika ada seseorang yang mengatakan kepadanya kalau ini hanya mimpi, Shikamaru pasti akan langsung percaya. Jika ada yang mengatakan bahwa ia masih terjebak dalam Mugen tsukoyomi, Shikamaru pasti akan langsung mengangguk tanpa membantah.

Rona merah di pipi, suara lembut, gestur malu malu, semua yang ia lihat saat menyatakan cinta kepada Temari benar benar membuatnya gila. Bahkan, jikalau ia ditolak saat itu juga, pemuda itu tak akan terlalu kecewa.

"Aku mencintaimu, Shikamaru."

Tiga kata yang seakan memutar dunianya, menghentikan seluruh aliran darah dan waktunya, menghilangkan keberadaan kata 'nyata' dalam kamusnya untuk sesaat. Shikamaru benar benar senang, tidak menyangka kisah seindah mimpinya di Mugen Tsukoyomi bisa terwujud walau hanya sedikit. Saat mengetahui kalau mereka memiiki rasa yang sama, Shikamaru ingin melompat rasanya. Rasa bahagia membuncah ke seluruh selnya.

Benar benar menyenangkan. Semua tentang Temari begitu indah menurutnya. Begitu manis, begitu berwarna, begitu berharga. Sampai, Shikamaru takut bahwa yang ia rasakan adalah obsesi jahat bukannya perasaan cinta.

"Akh, aku tidak apa apa."

Akal sehatnya selalu hilang saat berhadapan dengan gadis berdarah Suna itu, seluruh kontrolnya yang ia latih selama ini seakan tidak pernah ada, apalagi saat melihatnya terluka. Saat melihatnya mengambil misi berbahaya, ingin rasanya kakinya berlari, menyusul gadis itu, dan memastikannya tidak tergores walau seujung kuku.

Shikamaru cukup tahu, Temari adalah Kunoichi hebat yang cukup kuat untuk melindungi dirinya juga orang disekitarnya. Tapi, perasaan khawatirnya selalu tidak bisa dikendalikan. Emosinya selalu meluap saat mendengar jika gadis itu melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Aku, Sabaku no Temari berjanji, akan selalu setia di saat senang maupun susah, sedih maupun bahagia, disaat kaya maupun miskin, sampai maut memisahkan."

Shikamaru merasa dunianya berhenti di sana, ia ingin tetap ada di waktu itu.

Saat ia menggenggam tangan Temari dengan lembut dan erat.

Saat mata mereka saling bertemu, memancarkan kilau bahagia yang sama.

Saat bibir mereka akhirnya bertaut, menyalurkan perasaan cinta dan bahagia.

Saat hatinya menghangat seakan ingin meleleh.

Ia rasanya ingin tinggal di momen itu. Hatinya begitu bahagia sampai ia takut bahwa itu hanya mimpi belaka.

"Kau itu suamiku, bodoh !"

Baginya, Temari adalah sosok istri yang terlalu baik untuk jadi kenyataan dan ibu yang sempurna.

Keyakinan itu tidak pernah hilang dari dirinya sejak dahulu, tak pudar oleh waktu, bahkan semakin kuat.

Memiliki Temari adalah sebuah berkah.

Kehadiran wanita itu merupakan sebuah keajaiban.

Ingin rasanya ia mengekang Temari. Mengurungnya di sebuah sangkar bernama 'rumah' dengan hak otoritasnya sebagai suami. Tak membiarkannya keluar barang sebentar.

Ia takut

Shikamaru takut kehilangan Temari.

Takut jika ia membiarkan wanita itu menginjak dunia luar, ia akan terbang bersama para burung.

Pergi menjauh dan tak pernah kembali.

Ia takut Temari akan membaur dengan angin.

Hilang dan tak lagi terlihat.

"Kau pikir, aku tak punya hal yang sama denganmu ?"

Shikamaru menyadari satu hal, jika Temari memiliki perasaan yang sama dengannya maka sejauh apapun mereka terpisah pada akhirnya pasti akan bersama lagi, jika Temari adalah pemegang ujung benang merah miliknya maka tak akan ada seorangpun yang dapat merebut wanita itu darinya.

Tak akan ada yang bisa merebut Temari darinya.

Obsesi yang mengerikan bukan ?

"Aku tidak pernah menyesal, Shika."

Seringkali batinnya tersiksa. Karena tuntutan pekerjaan, ia sering tak ada di rumah, terlebih lagi pada masa pemerintahan Hokage ketujuh, desa yang telah berubah menjadi metropolitan juga memiliki segudang pekerjaaan untuk diselesaikan, bahkan berkali kali lipat banyaknya.

Ia merasa tak bertanggung jawab, ia membawa Temari dengan janji manis akan kebahagiaan, ia juga bersumpah akan memberinya kebahagiaan yang berlipat dari kesedihan akan melepas seluruh yang ia punya, tapi nyatanya ia merasa seperti penipu, bahkan ia tak masalah jika Gaara mengurungnya dalam penjara bawah tanah Sunagakure sekarang juga.

"Ini pilihanku, Shika, dan aku tidak ada niat untuk menyesalinya."

Seperti biasa, Temari bisa menenangkan Shikamaru, dia adalah pusat emosi danpemegang kendali terbesarnya.

Entah sejak kapan, pria bermarga Nara itu senang bersandar padanya, selalu mengandalkannya, selalu menuruti setiap perkataannya.

Entah bagaimana bisa ini terjadi, tapi percaya atau tidak, sekarang Shikamaru mempercayai semua perkataan Temari layaknya orang bodoh yang tak tau apapun, seakan ia orang buta yang sedang berjalan dan hanya Temari yang menjadi penuntunnya.

Tapi ia yakin, Temari tak akan pernah berkhianat, dia adalah orang yang paling tulus yang pernah ia kenal dan keajaiban terindah di hidup Shikamaru.

"Kau tau kau punya dua orang yang tak akan mengkhianati mu apapun yang terjadi, ingatlah itu."

000

Terima kasih telah lahir dan menjadi keajaiban dalam hidupku, meski kau benar benar galak dan merepotkan tapi sekali lagi terima kasih Sabaku no Temari

Ah ... Atau harus ku sebut,

Nara Temari ?

Our Lovely DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang