Melindungi

933 81 4
                                    

"Apa alasanmu melindungi desa, Senpai ?"

Shikamaru menghentikan gerakan tangannya yang sedang membubuhkan tanda tangan pada dokumen di depannya. Manik coklat itu menatap Yurito dengan penuh tanda tanya.

"Apa alasanmu sama seperti Nanadaime - sama ? Apa kau melindungi desa karena menganggap seluruh desa adalah keluargamu ?"

"Haah itu merepotkan ... Aku tidak terlalu berpikir seperti itu sih ... Ah anggap saja aku punya alasan lain, berbeda dari Naruto."

"Hm ? Berbeda ? Memang apa alasanmu ?"

"Uhm ... ah begini saja, misalkan aku adalah orang yang egois selama ini. Aku bekerja siang malam dan melindungi desa ini bukan untuk orang banyak, bukan untuk para warga, bukan untuk dunia Shinobi, tapi untuk diriku sendiri."

"Aku selama ini melindungi tempat ini hanya agar sesuatu yang berharga milikku selalu aman."

"Apa 'sesuatu yang berharga' yang sedang kau bicarakan ?" Yurito terlihat bingung. Otaknya berputar putar mencari jawaban dari perumpamaan yang disebutkan sang Nara.

Apa sesuatu yang berharga itu adalah nyawa ?

Kenyamanan tidur ?

Kenangan ?

Yurito benar benar bingung.

"Tentu saja keluargaku," jawab Shikamaru mantap "Desa ini adalah tempat berlindung mereka, aku ingin membuat tempat yang aman, dimana mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa dihantui rasa takut akan ancaman bahaya."

"Mereka adalah segalanya bagiku, harta karunku, hidupku, nyawaku, mereka sangat berharga, sampai aku rela meniadakan waktu tidurku dan seluruh tenagaku untuk sebuah senyuman dari mereka."

Yurito terdiam, menatap sang senior sambil mencoba mencerna perkataannya.

"Apa itu artinya kau tidak mencintai desa ini, Senpai ?"

Shikamaru terkekeh pelan "Tentu tidak, aku benar benar mencintai desa ini, yang tadi itu hanyalah perumpamaan agar terlihat berbeda dari Naruto, taoi jujur saja, aku juga tidak punya motivasi semacam Naruto, jadi ... anggap saja aku melindungi desa untuk keluargaku dan tanah kelahiranku. Sakit rasanya jika melihat tanah kelahiranmu yang indah berada dalam bahaya bukan ?"

"Kau benar, Senpai." Yurito memecah tawa, memamerkan senyuman lebar tanda puas akan jawaban sang penasihat Hokage itu.

Shikamaru balas tersenyum, tapi tiba tiba ekspresinya kembali datar, keningnya sedikit berkerut memikirkan sesuatu "Hei, Yurito, apa menurutmu aku ini egois ?"

Yurito menoleh lalu menggeleng "Menurutku tidak."

"Apa jawabanku tadi terdengae begitu mementingkan diriku sendiri ?"

"Tidak, menurutku itu normal, aku juga melindungi desa ini untuk memastikan keselamatan ayah dan ibuku, memastikam mereka bisa hidup tenang dan aman, bukankah kita semua seperti itu ?"

Shikamaru mengangguk "Benar ... juga."

'Apakah itu benar ?'

------------------000-----------------

Suara bidak Shogi digerakkan terdengar berdampingan dengan jarum jam, sesekali suara gumaman orang yang sedang berpikir menyertai.

"Butuh lawan bertanding, tuan jenius ?"

Manik seindah hutan itu mendongak, menatap sosok yang memiliki warna mata serupa.

"Memangnya Okaa - san bisa ?"

Our Lovely DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang