Pemimpin

924 79 1
                                    

"Cih, aku benar benar terdesak, ini merepotkan..." gumam Shikamaru

Pemuda itu berusaha keras menangkis setiap serangan yang datang ke arahnya menggunakan kunai. Chakranya benar benar sudah di ambang batas, ia sudah tidak bisa mengeluarkan jutsu lagi. Kini, keadaannya benar benar terdesak, punggungnya sudah menabrak pohon dan berbagai macam senjata sedang menuju ke arahnya dari segala sisi.

'ah, mungkin ini akhirnya.... tidak mengapa, asalkan teman teman yang lain selamat, aku sudah menjalankan tugasku sebagai pemimpin.'

Shikamaru menutup matanya, bersiap merasakan hujaman semua senjata itu, sampai seseorang datang, berdiri di hadapannya dan menghalau semuanya. Sapuan angin yang kuat darinya membuat besi besi yang tadinya berbahaya jadi tak berdaya di bawah tanah.

"Fuuton : Kamaitachi."

Sebuah sapuan angin, lagi lagi menghancurkan semua yang ada di sekelilingnya. Pohon pohon mulai tumbang dan menyebabkan dentuman keras yang menggema.

Shikamaru membuka matanya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Temari ?"

Wanita berdarah Suna itu berdecak kesal "Cih mereka kabur, KALIAN, CEPAT TANGKAP MEREKA !" beberapa Jounin dibelakangnya terlihat mengangguk dan dengan cepat melaksanakan perintah sang atasan.

"Kenapa kau disini ?" tanya Shikamaru, ia berusaha berdiri dari tempatnya dengan berpegangan pohon.

"Kenapa ? aku kan sudah bilang akan menyelamatkanmu jika kau dalam masalah, jadi... apa bocah ini menangis sebelum aku datang huh ?" Temari menyentuh dagu Shikamaru, seakan mengamati apakah pemuda itu benar benar menangis, gadis itu tertawa puas saat melihat ekspresi kesal yang terlihat jelas di wajah malas rekannya.

"Dasar wanita, kenapa Tsunade - sama harus selalu memberi perintah kepadamu sih ? menurutku masih banyak wanita merepotkan lain yang bisa melakukannya."

Temari kembali tertawa "Jangan pilih pilih ! ini adalah soal hidup dan mati, bukannya memilih calon istri !"

"Merepotkan, kita harus mengejar mereka." baru saja Shikamaru akan melangkah, tubuhnya oleng karena terlalu lemas. Temari yang ada di dekatnya, dengan sigap menahan tubuh pemuda itu agar tidak jatuh dari atas pohon.

"Kau masih lemah, ayo kita kembali saja ke desa."

"Tapi, bagaimana de-"

"Biarkan Suna yang mengambil alih misi ini, lagipula mereka juga membuat onar di desa kami, sudah sepantasnya kami juga ikut menangkap mereka, dan sebagai tambahan, misiku dari Konoha hanyalah membawamu dan timmu kembali dengan selamat, jadi jangan khawatir." Temari meletakkan jarinya di depan bibir Shikamaru.

"Baiklah, terserah." Pemuda itu menyingkirkan tangan Temari lembut. Si gadis hanya tertawa pelan lalu menyampirkan lengan Shikamaru di bahunya, memapah rekannya untuk kembali ke desa. 

Temari mulai melompati satu pohon ke pohon lain. Langkahnya sedikit lambat karena berat tambahan di sampingnya, Shikamaru yang nyatanya lebih tinggi dari tubuhnya membuatnya sedikit kesulitan. Pemuda bermarga Nara itu sudah beberapa kali meminta Temari menurunkannya dan meninggalkannya saja, akan lebih efektif untuk membawa ninja medis ke tempatnya daripada membawanya dalam keadaan seperti kembali ke desa.

Tapi, bukan Temari namanya kalau tidak keras kepala. Wanita itu tetap teguh untuk membawa Shikamaru kembali bersamanya seperti ini dengan dalih misi.

"Kenapa kau sampai segitunya demi temanmu sih ? chakramu sampai tipis seperti ini." ujar Temari sambil terus menatap ke depan.

"Bukankah kau sama saja ? kau juga bersusah payah untuk membawaku."

"Ck, itu beda, ini semua karena tuntutan misi tahu !"

"Aku juga seperti itu."

"Hm ?" Temari terlihat bingung dengan jawaban pemuda itu.

Shikamaru menghela napas dan menatap manik hijau Temari "Aku adalah pemimpin tim ini, keselamatan anggotaku adalah tanggung jawabku, asalkan mereka selamat saja, aku sudah menganggap misiku berhasil, itu sudah cukup."

Temari terdiam, senyuman tipis terukir di wajah cantiknya "Khe, kau punya rasa tanggung jawab yang terlalu besar untuk ukuran pemalas."

"Ya, itu memang sangat merepotkan."

"Sepertinya, aku belum memahami sepenuhnya tentang apa yang disebut sebut sebagai Tekad Api dan 'sampah' di mata Konoha." gadis itu menghela napas pelan

"Kau harus belajar lebih keras, Temari. Tapi... kenapa kau sangat tertarik dengan hal itu ? apa kau mau menundukkan Konoha suatu hari nanti ?" canda Shikamaru.

"Kudeta kedua ? kedengarannya bagus, jika aku berhasil, hal pertama yang akan kulakukan adalah membuatmu jadi pijakan kakiku di tahta Hokage dan memeras tenagamu sampai tetes keringat terakhir."

"Hei hei, itu buruk sekali, aku pasti akan mencatatmu sebagai Hokage wanita paling merepotkan selama hidupku."

Keduanya tertawa bersama. Hubungan mereka memang sedekat itu, tapi tidak ada ikatan asmara apapun di dalamnya. Mereka nyaman dengan hubungan saling memahami dan memperhatikan tanpa status itu.

"Haah sepertinya bocah cengeng ini sudah sedikit bertambah besar ya ?" Temari tersenyum jahil, ia sangat suka saat saat dimana ia bisa mengejek Shikamaru sepuasnya. Menurutnya, hal itu adalah pelepas penat paling menyenangkan, dengan mengejek rekannya, ia merasa bebas, tak terkekang seperti biasanya.

"Kalau kau belum memperhatikan, aku ini lebih tinggi daripada kau tahu !"

"Hee, menurutku kau masih sama bocahnya seperti saat menangis di rumah sakit dulu, kau masih terlihat seperti bayi tahu !"

Shikamaru hanya mendengus pasrah, tenaganya yang tinggal sedikit seakan ingin dirampas dengan kejam oleh Temari dengan berdebat. Ia kembali diam, tidak ingin memutar otaknya untuk membalas perkataan Temari yang jelas tidak dapat dilawan.

Temari melompat turun, tepat di dekat gerbang Konoha. Ia menggunakan sedikit chakranya untuk membantu Shikamaru berjalan. Sakura yang sedang ada di gerbang Konoha, terlihat sangat terkejut melihat kondisi Shikamaru. Sepertinya, gadis itu mendapat perintah untuk menunggu Shikamaru, berjaga jaga jika pemuda itu memerlukan pertolongan darurat.

Sakura sedikit berlari ke arah kedua sejoli itu, diikuti Izumo dan Kotetsu. Temari berjalan pelan ke arah mereka untuk mempersingkat waktu.

"Kau sudah jadi pemimpin yang baik, Shikamaru."

Shikamaru melongo mendengarnya, ia bisa dengar dengan jelas suara Temari yang mengatakan hal itu, beberapa detik sebelum Sakura tiba di dekat mereka. Ia hanya bisa pasrah saat melihat Temari berlalu pergi setelah ia di dudukkan di tanah dan diobati oleh Sakura.

"Aku akan melaporkan misiku, Sampai jumpa." ujar Gadis itu tanpa berbalik, ia terus berjalan menuju gerbang Konoha.

Pemuda bermarga Nara itu terdiam, wajahnya perlahan merona "Merepotkan."

Our Lovely DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang