Karma

1K 88 4
                                    

Seorang pria tidak akan ada apa apanya tanpa seorang wanita. Tidak peduli sekasar apapun seorang wanita, ia akan menunjukkan sisi lembutnya kepada pria yang ia cintai.

Shikamaru bangun dari tidurnya, ia menggaruk kepalanya sambil menguap lebar.

"Kenapa tiba tiba aku memimpikan hal merepotkan itu ?"

Pemuda itu memutuskan untuk beranjak dari ranjang empuknya, berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit gontai. Ia ingat, hari ini adalah hari terakhir ketiga saudara Sabaku itu berada di Konoha. Ketiganya menjalani pemulihan karena terlalu memaksakan diri saat perang, sampai sampai mereka dibopong sebelum menginjakkan kaki di Konoha.

"Haah kalau aku terlambat, dia pasti akan mengomel."

----------------------000-----------------------

"Lambat sekali !"

Shikamaru menghela napas saat melihat ekspresi kesal Temari. Wanita itu berdiri di depan penginapannya, berkacak pinggang dan menatap Shikamaru tajam.

"Mendokusai, kau saja yang bangunnya terlalu pagi." Gumam Shikamaru pelan, ia tidak punya cukup keberanian dan tenaga untuk menanggung apa yang akan terjadi setelahnya jika ia mengatakannya dengan keras.

"Kau bilang apa ?!"

"Sudahlah, ayo pergi." Shikamaru berjalan sambil memasukkan tangannya kedalam saku, ia mendahului Temari yang masih setia berdiri di tempatnya sambil memasang ekspresi kurang bagus.

Temari menghela napas, ingin hati ia menerbangkan Shikamaru ke ujung perbatasan, tapi jika itu dilakukan maka jalan jalan paginya kali ini akan hancur, jadi ia memutuskan untuk menelan bulat bulat amarahnya dan berjalan cepat, menyusul langkah Shikamaru.

Mereka berdua berjalan menyusuri jalanan Konoha yang masih lenggang. Keduanya memang sengaja membuat janji pagi pagi sekali karena Temari ingin menikmati Konoha saat masih sepi. Dengan sedikit paksaan yang tentunya mengancam nyawa, Shikamaru dengan malas menyetujuinya.

Akan sangat ironis jika dia kehilangan nyawa bukan dalam perang, tapi setelah perang, itu pun di tangan seorang wanita.

Bisa bisa ayahnya akan menendangnya dari alam Baka nanti.

"Jadi ? tempat mana dulu yang akan kau rekomendasikan, Tour Guide ku ?"

Shikamaru melirik ke samping, terlihat Temari yang tersenyum sambil menatapnya. Ada sesuatu yang aneh yang memenuhi tubuh Shikamaru. Selalu seperti ini, saat mereka bersama, selalu saja seperti ini.

Tapi, Shikamaru lebih dari paham, jika perasaan ini bukanlah benci atau risih.

"Mau ke atas sana ? kita bisa melihat Konoha yang perlahan menjadi ramai." Shikamaru menunjuk ke arah tebing patung Hokage.

Temari mengangguk "Baiklah, pandu jalannya."

"Khe, kau seperti baru saja kemari."

Temari mendengus lalu terkekeh pelan "Anggap saja seperti itu dan jalankan tugasmu, dasar bocah."

Yaah sepertinya jalan jalan pagi bersama Temari memang bukan pilihan yang buruk.

---------------000------------------

"Haah ini gila..." Shikamaru meluruskan kakinya di hamparan rumput didekat sungai. Ia langsung merebahkan tubuhnya begitu merasakan sejuknya rumput yang tersiram cahaya senja itu.

"Staminamu buruk sekali." cecar Temari. Bagaimana tidak ? seharian ini, mereka benar benar lebih banyak duduk daripada berjalan jalan. Shikamaru selalu mengeluh setiap mereka sudah berjalan 20 menit. Dia membujuk Temari untuk menepi di sebuah kedai atau di kursi taman yang disediakan di pinggir jalan. Temari juga tidak bisa pergi sendiri, tata letak Konoha banyak yang berubah akibat serangan Pain.

Our Lovely DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang