Prince

995 78 6
                                    

Special Request From rahmaintanjulian
----------------000---------------

"Apa kalian keberatan ?"

Oh, ayolah, pertanyaan tak berguna Naruto itu akhirnya terucap juga. Memangnya siapa yang bisa menolak misi dari Hokage ?

Ketiga anggota tim 10 itu menggeleng kompak.

Hari ini, mereka mendapat panggilan ke kantor Hokage untuk mendapat misi penting. Naruto memberi mereka misi untuk mengantarkan dokumen rahasia dan menjadi Shinobi bantuan ke Suna.

"Kami tidak ingin ada yang menyadap jaringan dan mengetahui isi dokumen ini." Begitulah alasan Naruto saat ditanya perihal pengiriman surat yang terkesan amat kuno itu.

Shikadai melempar pandang ke arah seseorang di samping Hokage yang sedang memeriksa berkas berkas. Tatapan matanya seakan mengatakan 'kenapa harus kami yang melakukan misi merepotkan ini ?!'

Shikamaru yang mengerti arti dari tatapan putranya terkekeh pelan dan mengendikkan bahunya, seakan menjawab 'tidak tahu, sudah laksanakan saja meski merepotkan.'

Begitulah, hari itu juga, mereka berangkat ke Suna dengan menggunakan kereta kilat.

"Hei, Shikadai, apa kau pernah merindukan Suna ?"

Putra dari Nara Shikamaru itu menoleh ke arah Inojin selaku penanya "Entahlah, aku kan tidak pernah tinggal lama disana."

"Kalau rindu pamanmu ?"

"Mungkin pernah."

"Bagaimana dengan Temari Baa - san ?" Kali ini gantian Chocho yang bertanya.

"Okaa - san ... Yaah sesekali ia merindukan Suna dan pulang, tapi itu juga hanya 2 - 3 hari saja."

"Katanya, Temari Baa - san masih ada di Suna sampai sekarang ?"

"Ya, Okaa - san memang baru berangkat 2 hari yang lalu."

Kedua bocah beda gender itu mengangguk. Mereka kembali sibuk di kegiatannya masing masing. Shikadai dengan awannya, Inojin dengan pena dan kertasnya, lalu Chocho dengan kripiknya yang entah kenapa tidak kunjung habis.

Kereta kilat itu berhenti tepat di depan stasiun. Seluruh penumpang turun, termasuk ketiga bocah itu. Semuanya berjalan normal normal saja sampai kaki mereka sampai di ambang pintu keluar.

Bisa dilihat, 4 anbu berjejer kanan kiri sambil membungkuk hormat "Selamat datang Shikadai - sama dan teman temannya."

Disinilah Inojin dam Chocho selalu merasakan perbedaan derajat yang nyata diantara mereka.

"Ya, apakah Gaara Jii - san yang menyuruh kalian ?" Tanya Shikadai

"Benar, Shikadai - sama."

Di waktu seperti inilah mereka menyadari jika Shikadai sebenarnya memiliki darah bangsawan. Kharisma yang tetap terpancar walau dari wajah yang terlihat malas itu. Seakan akan, semua akan bergerak dengan satu perintah darinya.

"Pergilah."

"Tidak bisa, Shikadai - sama, kami telah mendapat perintah." Tolak salah satu anbu.

Shikadai menghela napas dan menggumamkan kata kata favoritnya. Jujur saja, ia risih sekali dengan perhatian yang keterlaluan seperti ini. Lebih baik, ia dijemput oleh Shinki dengan segala atmosfer canggung daripada jajaran Anbu seperti ini "Awasi aku dari tempat yang tak terlihat."

Dan pada momen seperti inilah mereka menyadari, bahwa Shikadai sebenarnya adalah seorang pangeran. Berbeda dengan mereka yang hanya anak pejabat.

"Baik." Dalam kedipan mata, keempat orang itu menghilang seakan tak pernah ada disana. Mereka akhirnya bisa melangkah dengan leluasa.

Our Lovely DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang