Shikadai berjalan gontai ke arah dapur, berniat mengambil air karena tekonya lupa ia isi sebelum tidur. Ia menatap ke sekitar, gelap dan sepi.
Bukannya ia takut atau apapun, jujur saja ia memang suka kedamaian tapi bukan suasana kosong seperti ini.
Bocah yang akan menginjak umur 6 tahun bulan depan itu menegak habis air yang telah ia ambil lalu mulai menuangkan lagi ke gelasnya.
"Tadaima." Itu suara ayahnya, begitu lemah hingga tak akan sampai terdengar ke kamar mereka di lantai 2 tapi cukup untuk ia dengar dari dapur.
Shikadai beranjak turun dari kursi dan meningalkan kegiatannya sebentar "Okaeri, Oyaji." Kaki kecilnya mengambil beberapa langkah dari dapur untuk menyambut ayahnya.
"Shikadai? Kau belum tidur?" Tanya Shikamaru terkejut, tak menyangka putranya akan menyambut.
"Aku bangun untuk mengambil air," Shikadai menjelaskan singkat "Malam sekali Oyaji pulangnya."
Shikamaru tertawa hambar "Maaf, pekerjaan di kantor tadi banyak sekali."
Suasana diantara hening, kedua lelaki bermarga Nara itu saling menatap seakan bingung dengan situasi.
"Akhir akhir ini, Oyaji jarang makan malam dengan kami ya?" Shikadai pertama kali memecah hening "Biasanya Oyaji selalu melakukannya."
"A- ah! Bu- bukannya aku tidak terima atau apapun itu... A- aku hanya... I- itu... Okaa-san terlihat agak... Jadi...," Shikadai melanjutkan dengan gagap, pipinya bersemu merah.
Dasar, benar benar mirip Temari!
"Maafkan Oyaji, pergantian Hokage sebentar lagi, banyak yang harus diurus." Jelas Shikamaru.
"Begitukah?" Manik zambrud bocah itu berbinar sekilas "Apa setelah pergantian Hokage, Oyaji bisa ikut makan malam bersama lagi?"
Shikamaru duduk bersimpuh, menyamakan tingginya dan sang putra, mengelus Surai hitamnya lembut "Tentu saja, saat keadaan sudah stabil nanti, Oyaji pasti akan makan malam bersama kalian lagi."
---------000---------
"Oyaji baru pulang?" Manik Shikamaru sedikit membulat saat melihat putranya berdiri di depan genkan, menyambutnya.
"Ya, apa yang membuatmu terbangun?
"Aku lupa mengisi teko airku."
"Begitu ya."
Diantara mereka begitu hening, hanya ada suara malam yang sepi dan tenang.
"Aku sudah membangunkan Okaa-san dan menyuruhnya tidur di kamar." Ujar Shikadai.
Shikamaru tersentak, ah lagi-lagi Temari tidak mengindahkan ucapannya soalenunggunya pulang ke rumah "Terimakasih, Shikadai, Oyaji benar-benar terbantu."
Shikadai mengangguk singkat dan kembali bertanya "Apa hari ini pekerjaan Oyaji banyak?"
"Yaah, begitulah, ada sedikit masalah internal dan...," Shikamaru diam dan menatap sang putra. Bukan jawaban itu yang ia inginkan, lalu apa? "Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya?"
"Tidak...," Ujar bocah yang telah menjadi Chunin itu ragu "hanya saja... Oyaji... Jadi tak pernah makan malam di rumah."
Ingatan Shikamaru terlempar ke beberapa tahun lalu, saat masa jabatan Kakashi hampir berakhir. Dimana ia dengan percaya diri mengatakan bahwa semua akan kembali normal saat pergantian Hokage telah stabil, dalam artian ia akan kembali ikut makan malam.
Nyatanya? Bahkan melihat keluarganya sebelum tidur saja jarang. Kantor Hokage sepertinya telah menjadi rumahnya.
"Maafkan Oyaji." Hanya itu yang bisa Shikamaru katakan, ia tak ingin membuat pembelaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lovely Days
Fanfiction{ Oneshot About ShikaTema } " di tengah teriknya dunia kau jadi bayangan yang membuatku nyaman " - Sabaku no Temari . " kau adalah cahaya yang menerangi gelapnya hatiku " - Nara Shikamaru