Dango

602 45 2
                                    

Temari menatap sekeliling dengan lebih santai, sudah kunjungannya yang kebeberapa kali dan para warga sepertinya mulai menerimanya, juga keadaan.

"Sekarang kau mau kemana lagi?" Tanya si Guide dengan nada jengah bercampur mengantuk.

Temari lebih memilih melempar lirikan tajam kepada pemuda disebelahnya "Kau itu berniat melakukan ini atau tidak sih?"

Shikamaru mengendikkan bahunya acuh, ia tetap menguap lebar sambil meletakkan kedua tangan dibelakang kepala.

Si gadis Suna menghembuskan napas kasar, ayolah, semua nampak normal kecuali bocah disebelahnya! Ia masih tidak paham, kenapa Godaime Hokage memilih Shikamaru sebagai Guide-nya. Tapi, harus ia akui, Shikamaru memang sangat perngertian.... juga lembut, yang menemaninya melewati hari-hari berat di desa ini dengan seluruh tatapan permusuhan disepanjang langkah hanya Shikamaru seorang, yang mau merangkulnya saat datang kemari hanyalah bocah itu, dan yang mau menghiburnya juga melindunginya tanpa takut namanya tercoreng atau apalah itu, hanyalah seorang Nara Shikamaru.

Temari tak dapat menyangkalnya, ia berhutang budi.

"Aku sekarang lapar, tapi aku tidak mau makanan berat, belum saatnya makan malam." Ya, langit memang masih jingga sekarang, tapi kakinya masih ingin berjalan. "Kau tau tempat yang bagus?"

"Merepotkan, tentu saja."

----------------000-------------

"Kenapa kau membawaku kemari?" Temari mengenyit, menatap kedai manisan paling tersohor Konoha ada di hadapannya.

"Entahlah, bukankah ini yang kau minta? lagipula biasanya ras merepotkan kalian sangat suka makanan manis." Shikamaru mengendikkan bahu, tak acuh dengan kenyitan tak suka temannya yang semakin nampak.

"Kalau begitu. aku spesies yang langka, karena aku tak begitu suka dengan... manisan." Temari agak tidak yakin dengan kalimat terakhirnya, ia masih punya ingatan samar masa kecilnya, dimana ia begitu menyukai makanan sejenis itu. Tapi entahlah, ia juga tak yakin benar.

"Itu sekarang, kita tidak tahu nantinya." Ucap Shikamaru acuh yang dinilai Temari sok misterius

Keduanya melangkah masuk, duduk di kursi yang masih kosong berhadapan. Shikamaru memanggil pelayan dan meminta menu.

"Kau mau apa?" Tanya Shikamaru.

Temari nampak berpikir "Entahlah, aku tak begitu menyukai manisan.. uhmm aku pesan Dango saja," ia menutup buku menu dan mengembalikannya dengan senyuman "Aku ingin merasakan Dango Konoha."

Shikamaru mengangguk, ia wajar jika Temari memilih nama manisan yang paling ia kenali, wajar saja manisan di Suna dan Konoha memang cukup jauh perbedaannya.

"Aku samakan saja dengannya, minumnya Ocha."

"Baik, tunggu sebentar." Pelayan itu beranjak pergi.

Shikamaru membuka buku coklat dari sakunya dan membaca dengan serius. Temari yang tadinya menikmati pemandangan jalanan kini menatap rekannya yang sedari tadi tak terdengar suaranya.

"Apa yang kau baca?"

"Strategi Shogi, aku ingin mengalahkan Oyaji ini."

Temari mengangguk, ia kembali menatap jalanan. Pita merah yang ia kenakan sedikit berkibar tertiup angin bersama dengan helaian rambutnya.

Shikamaru diam-diam melirik dari balik buku, gadis Suna itu memang sangat cantik jika tenang seperti ini. Tapi entah kenapa ia juga gemetar melihat Temari di pertarungan, apalagi saat tubuhnya dilumuri darah musuh.

Padahal kalau dipikir lagi, Temari juga gadis biasa. Dedikasinya pada desa juga kekuatannya yang membuatnya kelihatan jauh lebih dewasa.

Terkadang, Shikamaru berpikir, apakah saat mereka seumuran Temari keadaan juga akan seperti itu? Lebih serius, lebih logis, lebih keras, lebih berbahaya, lebih sibuk, sama seperti keseharian sang putri Suna?

Ia rasa tidak, kalau melihat Kunoichi Konoha yang seumuran Temari masih bisa bermain-main sambil bercengkrama di kedai bersama sahabat bahkan kekasih.

Sepertinya hanya seorang Sabaku no Temari yang memiliki keseharian seperti itu.

Alasan utama Shikamaru mengajak Temari kemari adalah membuatnya istirahat, ada penelitian yang bilang makanan manis akan mengurangi lelah, menambah semangat, juga menghilangkan stress.

"Ini pesanan kalian, selamat menikmati."

Shikamaru buru-buru mengalihkan pandanga ke arah pelayan itu agar tak ketahuan.

Disaat yang sama, Temari melakukan hal serupa sambil mengucapkan terimakasih.

Temari menatap Dango itu beberapa saat lalu mencoba mengunyah satu buah. Lama, ia merasakan bagaimana Dango Konoha itu.

Shikamaru agak gugup, ia takut Temari tak menyukai makanan yang dipesan.

"Ini...,"

"Bagaimana rasanya?" Ia refleks menyela karena terlalu takut. Temari menatap tour guide nya heran lalu tersenyum memamerkan giginya.

"Rasanya enak sekali! Ini terbaik!"

Bocah Nara itu menghela napas lega dan terkekeh, ketakutan yang sia-sia.

Eh? Memangnya kenapa kalau Temari tidak suka?

Kenapa kalau gadis itu benar tak suka manisan Konoha?

Ia kan hanya harus membawanya ke tempat lain sampai Temari suka.

Ada apa dengan dirinya?

Kekhawatiran bodoh macam apa ini?

Kenapa jiwa pemalasnya bisa-bisanya hilang hanya karena ingin menghilangkan penat si gadis Suna?

Ini aneh.

Shikamaru mengunyah Dangonya dalam diam, sesekali menanggapi ucapan Temari.

"Hati-hati, biasanya pria yang sukar jatuh cinta akan mendapat perempuan yang sulit digapai juga."

Shikamaru terdiam, kalau mengingat kata-kata gurunya -Asuma Sarutobi, pakar dari masalah bernama cinta- itu mengerikan.

Shikamaru menatap Temari lekat. Ia tak merasakan apapun tanda-tanda jatuh cinta yang dibicarakan Asuma atau ayahnya.

Jantungnya tidak berdetak kencang saat melihat wajahnya.

Ia juga tidak gugup saat di hadapannya.

Sifatnya juga tidak aneh saat ada Temari.

Tak ada satupun!

Tapi, Shikamaru suka memandangi wajah Temari diam-diam, apalagi warna matanya yang menenangkan.

Lalu? Apa nama perasaan ini?

"Ada apa bocah cengeng?" Shikamaru sadar dari lamunannya. Temari menatapnya lekat dengan senyum jenaka khasnya.

Ia menggeleng pelan "Tidak ada, dasar wanita merepotkan, bagaimana? Kau suka makanannya?"

"Kau sudah menanyakannya tadi!" Temari tertawa "Kau memikirkan siapa eh? Kekasihmu?"

"Merepotkan, aku tidak punya kekasih."

Temari kembali tertawa "Tentu saja siapa yang mau dengan bocah sepertimu?"

"Kau akan ternganga saat aku menikah nanti huh, Kau akan kaget dengan pengantinku, haah apa yang kukatakan, merepotkan."

Si gadis Suna kembali tertawa "Baiklah, aku akan menunggu undangan darimu meski harus memakan waktu berpuluh-puluh tahun. Ngomong-ngomong, makanannya luar biasa, saat pulang nanti antar aku kemari lagi, aku ingin membawa beberapa tusuk untuk di perjalanan."

"Merepotkan."

Our Lovely DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang