"Selamat datang kembali, Kaichou!" Suara milik Kurotsuchi adalah yang pertama kali menyapa pendengaran Shikamaru saat memasuki ruang rapat aliansi. Ia memang baru saja kembali dari cuti pasca kejadian di Tetsu no Kuni tempo hari.
"Merepotkan...," Shikamaru kembali ke kursinya, membaca dokumen tambahan yang menjadi pokok untuk rapat kali ini.
"Cepat sekali, Darui mulai berkomentar "Kalau aku jadi kau, aku pasti akan mengambil cuti lama sekali, toh aku bisa menyerahkan pekerjaan pada orang-orang disini."
Berkat ucapannya, Darui sukses mendapat jitakan keras dari Kurotsuchi "Itu sebabnya kau tidak terpilih jadi ketua aliansi Shinobi, bodoh!" sarkasnya.
"Apa kau yakin akan langsung bekerja? kau bisa menyerahkannya pada kami dan langsung istirahat setelah ini." tawar Choujuro.
"Biarkan saja, jika dia sudah datang dengan kedua kakinya sendiri, berarti dia sudah siap untuk bekerja." sela Temari.
"Hei bocah! setidaknya bawalah setengah pekerjaanmu," keluh Kankurou "Jujur saja, itu membunuhku."
Shikamaru tertegun, ternyata selama ini ia memang terlalu fokus pada dirinya sendiri sampai tak menyadari bahwa banyak orang yang bersedia membantunya. Pemuda itu tiba-tiba teringat kembali percakapnnya dengan Temari saat perang baru saja berakhir
------------000----------
"Kenapa kau tiba-tiba memilih jadi penasihat Hokage?" Suara itu meluncur lembut diantara keheningan. Yang ditanya hanya mendengus kecil sambil terus mengotak-atik rubik di tangannya.
Bukit itu masih sama, meski perang kemarin begitu menggelora, suasana tenganya tak terkikis barang setitik.
"Kau tuli sekarang, huh?" ulang si pemilik suara, rambut pirangnya bergoyang lembut diterpa sepoi lalu.
"Merepotkan...," jawaban khas si pemuda keluar "..., aku hanya ingin memenuhi janjiku pada Naruto, tak lebih." Shikamaru tak sedikitpun menoleh ke arah gadis di sebelahnya.
Temari berdecak kesal, padahal seharusnya ia bisa beristirahat total setelah peperangan besar kemarin, tapi nyatanya kakinya tak mau diajak berkerja sama saat mendengar bahwa Shikamaru akan mengikuti pelatihan menjadi penasihat Hokage, entahlah.. mungkin ia hanya... khawatir? "Itu pekerjaan yang merepotkan, sangat."
"Aku tidak peduli...," suaranya terdengar lebih dalam "Ini sudah jalanku," pemuda itu menatap Temari untuk pertama kalinya sepanjang percakapan "Seperti rubik ini, yang sudah punya ritme juga tempatnya sendiri, akupun menemukan jalanku yang sudah seharusnya." Shikamaru menghela napas pelan "Serumit apapun rubik ini diacak, akhirnya akan kembali seperti semula, sama seperti kehidupan, masalah, rintangan, sebesar apapun, takdir tak akan bisa dirubah, dan kini aku menyadarinya...," Shikamaru memutar rubiknya untuk terakhir kali dan semua warna kembali ke tempatnya semula "Ini adalah takdirku."
Temari menatap Shikamaru lamat-lamat, tanpa merasa bersalah ia merebut rubik dari tangan pemuda itu dan mengacaknya kembali dengan cepat. "Kau salah." Nadanya begitu percaya diri, seolah senang mendapati pemuda dengan title jenius itu mendapat kekeliruan dalam presepsi hidup, lagi.
"Rubik ini pasti begitu mudah untukmu yang jenius, tapi sekali-kali, cobalah penyelesaian ala 'orang biasa'." Temari kembali memutar-mutar rubik itu, mencoba mengembalikannya ke posisi semula "Masalah itu, butuh waktu dalam penyelesaiannya. mereka tak seperti dirimu yang langsung menemukan strategi yang tepat, 'orang biasa' butuh percobaan berkali-kali, berulang-ulang hingga... disaat mereka berpikir bahwa jalan yang ditempuh sudah tepat...," Temari menunjukkan rubiknya dihadapan Shikamaru. Semua warna telah kembali ke tempatnya, tapi di masing-masing warna, terdapat 1 warna yang 'menyusup', "..., mereka terkadang mendapatkan miss."
Shikamaru tetap diam, menatap gadis itu dengan fokus oenuh. Temari menyunggingkan senyuman tipis "Maka, saat itu -miss- terjadi, mereka akan meminta bantuan orang lain." Rubik itu kini dipindahkan ke tangan Shikamaru yang masih setengah sadar dari sihir pesona sang Putri Suna "Itu yang membuat suatu penyelesaian masalah menjadi lebih ringan, lebih menyenangkan, lebih... berkesan."
"Lalu?" Shikamaru mulai mengotak-atik rubik itu kembali "Bukankah endingnya sama saja?"
"Tidak," Temari menatap aliran jernih sungai di depannya "Karena dengan meminta bantuan orang lain, pilihan yang bisa kita ambil semakin banyak, seperti warna yang berbeda-beda itu."
"Entahlah." ujar Shikamaru pelan setelah terdiam lama, ia menatap rerumputan di bawahanya beberapa saat lalu berganti memandang Temari.
Yang ditatap tersenyum cerah yang lebih menyerupai cengiran, kesukaan Shikamaru "Suatu hari nanti kau pasti mengerti."
---------000---------
'Begitu rupanya.' Shikamaru terkekeh pelan, menatap gadis dengan surai pirang itu penuh arti meski dibalas dengan tatapan bingung yang agak menusuk 'Aku mengerti sekarang'
"Sudahlah, aku akan langsung bekerja sekarang, aku sudah berpesan untuk memindahkan dokumen yang harus kukerjakan ke ruanganku," Shikamaru menatap satupersatu peserta rapat "Terima kasih banyak, untuk bantuan kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Lovely Days
Fanfiction{ Oneshot About ShikaTema } " di tengah teriknya dunia kau jadi bayangan yang membuatku nyaman " - Sabaku no Temari . " kau adalah cahaya yang menerangi gelapnya hatiku " - Nara Shikamaru