Di antara beribu bintang
Hanya bintang di pojok bawah yang paling terang
Di antara beribu bintang
Pilihanmu semoga yang pojok, Sayang
Cuma itu ya hanya itu
Yang bisa membahagiakankuOKE
HAPPY READING!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!-----
"Jangan pernah tampakkan ketakutanmu di depan musuhmu atau kamu justru akan semakin kehilangan keberanian."
Baru saja Gista akan menapakkan kakinya di anak tangga. Dua orang cowok mencekal tangannya. Gadis itu berontak. Akan tetapi, kedua cowok itu makin mempererat pegangan tangannya da menyeretnya ke gudang belakang sekolah.
"Bangsat! Gue bilang lepasin!" teriak Gista yang hanya menjadi angin lalu bagi mereka.
"Lepasin gue! Anjing!"
Gista tak henti-hentinya berteriak dan mengumpat. Akan tetapi, keduanya sama sekali tidak menghiraukan teriakannya. Salah satu dari mereka malah membungkam mulut Gista dengan telapak tangannya yang besar.
"Awshh!" ringis Gista ketika tubuhnya diempaskan ke tembok dengan keras.
"Lo pada apa-apaan sih?!"
Gista menatap nyalang dua orang cowok yang berada di depannya.
Mereka hanya diam. Kemudian menyingkir memberi jalan pada dua cowok yang memasuki gudang dengan seringaiannya.
Gista memutar bola matanya sambil berdecak mengetahui siapa dalang di balik penyeretannya ke gudang ini, yakni Danar.
Bukannya takut. Gista malah melangkah mendekati dua cowok yang baru datang itu dengan bersidekap. Gadis itu bahkan mengangkat dagunya, angkuh. Dia berhenti tiga langkah di depan mereka.
"Ganteng doang beraninya keroyokan." Gista berdecih.
"Banci," tekannya menatap Danar yang membuat amarah cowok itu tersulut.
"Apa lo bilang?" geram Danar.
"Banci," jawab Gista enteng.
Bukk
Cowok itu menendang kursi di sebelahnya sampai menimbulkan bunyi bedebam. Kursi itu ambruk dan kakinya patah. Debu-debu kotor seketika beterbangan. Bau apek menguar dan menyesakkan hidung Gista.
"Emang nggak ada takut-takutnya nih bocah," ucap Sean, soulmate Danar.
Cowok itu menyeringai sambil mengusap-usap dagunya. Seringaian yang tercetak jelas itu membuat Gista sedikit bergidik. Namun, tetap memilih bertahan di tempatnya.
Gista tidak takut pada siapapun. Dia berani melawan preman. Dia berani melawan kakak kelasnya. Akan tetapi, Gista benci ditatap seperti itu. Ditatap dengan bibir yang menyeringai. Senyum devil Gista menyebutnya. Juga dengan pandangan yang tampak memindai dari atas ke bawah dan sebaliknya. Gista merasa seolah dirinya telah dilucuti oleh si pemilik mata itu.
"Kenapa? Lo takut?" tanya Danar yang menyadari akan gestur Gista yang menunjukkan kegelisahan. Danar tahu Gista membenci cowok. Dan itulah sebenarnya titik lemah dari cewek itu.
Gista mulai gusar ketika ekor matanya menangkap pergerakan anak buah Danar yang mengunci pintu gudang.
Masih berdiri di tempatnya, cewek berkuncir kuda itu memasang wajah angkuhnya. Karena Gista tahu seorang musuh akan merasa menang jika melihat wajah ketakutan lawannya. Untuk itu jangan pernah tampakkan ketakutanmu di depan musuhmu atau kamu justru akan semakin kehilangan keberanian.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...