Bab 44

3K 221 42
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

-----
"

Tidak semua yang kau anggap baik itu sebenernya baik. Dan tidak semua yang kau anggap jahat itu berarti buruk. Mereka punya dua sisi baik dan buruknya masing-masing."

Di sebuah belokan 1 kilometer dari rumah Revan, Gista memberhentikan mobilnya. Dia menurunkan kacanya ketika motor vespa Manggala berhenti di samping mobilnya. Tepat di sebelah jendelanya.

"Kok berhenti? Lo nggak lupa rumah om lo sendiri, kan?" interogasi Manggala, membuka slayer hitam yang terpasang di wajahnya.

"Enggak! Udah buruan lo pergi!" usir Gista pada Manggala.

Sebenarnya gadis itu sudah melarang Manggala untuk mengikutinya dari belakang. Dia bisa menjaga dirinya sendiri, tapi Manggala tetap memaksa. Cowok itu hanya ingin memastikan ratu Balapati itu pulang dengan selamat.

"Kan, belum sampe."

Gista berdecak. Dia tidak mau kalau sampai Revan atau Ganes tahu kalau dia diantar pulang oleh laki-laki walaupun dengan kendaraan masing-masing. Bisa-bisa dia diinterogasi sampai besok pagi.

Yang namanya Gista memang tidak ada kalem-kalemnya. Melihat Manggala yang kukuh ingin mengantarnya sampai depan rumah. Dia kemudian menyentak cowok itu dengan menampilkan wajah garangnya. "Gue bilang pergi ya pergi! Banyak bacot banget sih lo!"

"Lagian ini tuh udah deket. Nggak bakalan ada begal ata preman. Kalau ada gue bisa kok hadapin mereka sendirian," ujarnya percaya diri.

Mengalah, cowok berjaket hijau army itu mengalah. Ia kembali memasang slayer yang ia gunakan sebagai pengganti masker. Dan menyalakan kembali motornya.

Sebelum menjalankan motornya, cowok itu menoleh ke samping kirinya. Di mana cewek berkuncir kuda tengah menatapnya tajam dari dalam mobil dengan jendela yang dibukanya penuh.

"Oke. Gue duluan. Makasih udah mau gue ajak ke cafe."

"Btw lo cewek pertama yang gue ajak ngedate," ujar Manggala dengan senyum yang ia sembunyikan di balik slayer hitamnya. Lalu, memutar balik motornya untuk pulang.

Dia melajukan motornya dengan senyum yang masih terukir di bibirnya. Soal makan di cafe tadi Manggala tidak berbohong. Gista adalah perempuan pertama yang ia ajak makan berdua. Meskipun ia sering dibilang tukang ghosting, tapi ia tidak pernah mengajak cewek jalan berdua atau hanya untuk sekadar makan.

Bahkan, Kanaya sekalipun. Cewek itu dulu selalu menolaknya ketika ia mengajaknya jalan. Iya, Kanaya itu cinta pertama Manggala. Juga patah hati pertamanya. Karena dulu cintanya pada Kanaya itu memang bertepuk sebelah tangan.

Derum motor vespa Manggala sudah tidak lagi terdengar. Tapi Gista belum juga melajukan mobilnya. Cewek itu kini tengah cosplay menjadi manequin.

Cewek pertama? Ngedate?

Jadi, si badboy puitis itu menganggap makan di cafe tadi sebagai kencan?

Sial. Bisa-bisanya gue terkena modusnya buaya modelan Manggala, batin Gista mencengkeram kuat stir mobil.

Eh, tunggu!

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang