Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.
Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnislihaTiktok : wattpadnisliha
-----
"Ini jebakan. Tidak ada pelaku di sini. Karena kalian sama-sama korban."
Tubuh Gista bergetar. Dia membenamkan wajahnya di dada Devan. Menyembunyikan tangisnya di sana. Dalam dekapan yang hangat layaknya dekapan seorang kakak terhadap adiknya.
"Gue egois, Bang. Gue terlalu mentingin dendam sampe nggak peduli kalau dendam itu nggak baik."
Isakan demi isakan kini mulai terdengar. Mulai dari isakan Gista, Ganes, dan juga Anara. Ganes menangis dalam rangkulan Kaivan sementara Anara dalam dekapan Janu. Sedangkan Manggala dan Magenta hanya mematung dengan tatapan iba mereka.
Ganes meremas rambutnya kuat. "Gue bodoh. Harusnya sebagai adek gue bisa bantu kakak gue. Selalu ada buat dia bukan malah menyalahkan kayak gini."
"Bahkan gue yang adeknya nggak pernah tahu masalah yang sedang dihadapin sama kakak gue. Gue nggak pernah tahu kalau Abang gue selama ini ternyata sesakit ini." Ganes memejamkan matanya lalu mengerang.
"Lo bego, Ganes! Bego!" umpatnya pada diri sendiri.
"Kakak lo sakit, tapi lo malah pukulin dia."
Penyesalan memang selalu berada di akhir. Sebab, jika di awal itu namanya pendaftaran.
Penyesalan Gista kali ini bukanlah ketika ia tidak bisa menjebloskan orang yang sudah memperkosa Kanya ke penjara atau menghabisinya dengan tangannya sendiri. Tapi, karena keegoisannya. Dia selama ini begitu egois. Hanya memikirkan dendam, dendam, dan dendam. Hanya itulah yang ia pikirkan yang menjadi tujuannya bertahan sampai saat ini meski diterpa banyak masalah.
Padahal, banyak pihak yang sudah melarangnya menelusuri semua ini. Kanaya jelas-jelas pernah melarangnya mencari tahu semuanya ketika ia masih hidup dulu. Revan, Wina, Ganes, dan Kaivan juga selalu memintanya berdamai saja dengan semuanya. Seandainya ia tidak egois dan memilih berdamai mungkin Wira tidak akan sampai sesakit ini.
"Maafin gue, Gis. Gue udah tahu semuanya, tapi gue ikut nyembunyiin ini semua dari lo," ujar Devan mengelusi punggung Gista penuh perasaan.
Semua mata kini tertuju pada keduanya yang tampak akrab. Mereka bertanya-tanya apakah ada hubungan khusus di antara mereka berdua. Karena yang mereka tahu Gista itu tidak mudah dekat dengan laki-laki. Untuk dekat dengan Manggala dan CS-nya saja perlu waktu dan tak lupa tendangan-tendangan mautnya yang mewarnai kedekatan itu.
Sekarang yang mereka lihat Gista malah memeluk Wira. Ada apa sebenarnya di antara mereka berdua?
Gerakan tangan Devan yang tengah mengelusi puncak kepala Gista terhenti ketika mata tajamnya bertemu dengan sorot mata hitam legam yang memerhatikannya dengan seksama di belakang gadis itu. Dia tersenyum tipis lalu menjauhkan tubuh Gista darinya.
"Sekarang lo temuin Wira. Dia sekarang pasti takut banget kalo sampe lo sama Ganes benci sama dia," tutur Devan lembut. "Gue takut dia bakalan depresi lagi, Gis."
Tidak ada balasan dari Gista. Tatapan mata elang yang kini menatap sendu itu mengarah pada gedung-gedung tinggi yang berdiri megah dan menjadi pemandangan yang indah malam ini apabila situasinya tidak seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...