Bab 51

3.2K 224 26
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha
-----

"

Sejatinya balas dendam bukanlah puncak dari kepuasaan pembalasan. Justru itu adalah cikal bakal munculnya dendam baru."

"

GANES! KELUAR LO!"

"GANESS!"

Langkah kaki berbalut sepatu converse itu begitu cepat menaiki tangga menuju lantai dua rumah Revan yang kini tampak sepi.

Gista tadi sempat berpapasan dengan mobil Revan di belokan depan sana yang sepertinya tampak terburu-buru. Itu berarti ia bisa lebih leluasa mengamuk Ganes di rumah ini. Kalau memang sepupu berengseknya itu sudah pulang ke rumah.

Brak

Gista menendang pintu kamar Ganes dengan kasar hingga menimbulkan bunyi bedebam. Gantungan pintu berbentuk sebuah papan bertuliskan nama Ganes dengan lambang Balapati di sisi kanan dan kirinya itu sampai jatuh ke lantai. Gista tidak peduli. Yang terpenting saat ini adalah ia harus mencari keberadaan Ganes.

Berdiri di ambang pintu. Mata elangnya bergerak menjelalahi isi kamar Ganes.

Nihil. Kamar itu masih rapi seperti pagi tadi saat ia mengambil tas dan seragam cowok itu. Bahkan, tas cowok itu tidak tampak di meja belajar. Itu tandanya Ganes belum pulang.

Gista mengeram. Dia kembali menuruni tangga dengan cepat dan menemukan teman-temannya yang tampak khawatir di bawah sana.

"GANES!" teriaknya menggema di ruang tengah. Benar-benar tidak ada sahutan. Pembantu rumah tangga di rumah ini juga tidak terlihat.

"Gis, tenangin diri lo dulu, Gis," tutur Anara halus. "Kita selesain semua ini dengan baik-baik ya."

Gista menyentak kasar tangan Anara yang menyentuh lengannya. Anara sampai terhuyung dan ditangkap oleh Janu karena tubuhnya nyaris menghantam guci besar yang terpajang di pojok ruang tengah.

"Lo bilang tenang?!" Gista mengetatkan rahangnya.

"Gimana gue bisa tenang kalau ternyata orang yang selama ini gue cari. Yang selama ini udah bikin keluarga gue hancur dan hidup gue menderita itu ternyata sepupu gue sendiri, Ra!"

"Sepupu gue sendiri yang udah ngehamilin kakak gue tanpa bertanggung jawab! Dan sekarang lo minta gue tenang!!" bentak Gista menggelegar. Bola matanya memerah dengan lapisan kaca yang sudah meretak seakan mau pecah.

Anara sampai berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya dia dibentak seperti ini oleh sahabatnya sendiri. Bahu cewek bermata belok itu bergetar. Dia menangis dalam rangkulan Janu. Sejak kecil gadis itu tidak menyukai bentakan. Dia paling tidak bisa dibentak seperti ini.

Cewek berkuncir kuda itu mengabaikan tangis Anara, emosinya sudah berada di puncak dan tidak bisa dibendungnya lagi.

Tangan Gista bergerak mengambil salah satu vas bunga di meja dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Sebelum vas itu meluncur jatuh ke lantai, Manggala lebih dulu menahannya.

"Lepasin gue!" bentak Gista ketika Manggala menahan tangannya yang hendak memecahkan vas.

Cowok itu merebut vas bunga dari tangan Gista dan meletakkannya kembali ke tempat semula.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang