Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.
Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnislihaTiktok : wattpadnisliha
-----
"Apa yang menjadi alasan aku hidup udah nggak ada. Jadi, buat apa aku bertahan? Aku juga nggak pantes buat disayangi. Aku nggak berhak mendapatkan itu semua."~Gistara Arabhita
PRANG!"GISTAAAAA!"
Ganes memekik begitu ia berhasil memecahkan kaca jendela kamar Gista usai memanjat balkon dan mendapati keadaan Gista sekarang dengan darah yang berceceran di lantai sekitarnya.
Cowok berkaus biru dongker itu dengan cekatan langsung merebut cutter yang Gista gunakan untuk menyayat nadinya. Beruntung Gista baru menggoresnya belum menekannya sehingga hanya terdapat bekas sayatan kecil dengan darah yang tidak terlalu banyak.
"GOBLOK!" maki Ganes melempar cutter itu ke sembarang arah.
Deru napas cowok itu memburu dengan tangan yang mengepal sampai mencetak urat-urat di sepanjang lengannya.
"NGGAK KAYAK GINI CARANYA NGEHADEPIN MASALAH, GIS!" Ganes membentak cewek yang hanya menatap kosong ke depan seolah tak terjadi apa-apa tersebut.
Devan, Kaivan, Magenta, dan Janu yang telah berhasil membersihkan sisa pecahan kaca di jendela agar memudahkannya untuk masuk lantas menggeser kursi yang mengganjal pintu dan membukanya.
Wina, Revan, dan Anara langsung masuk dan memekik begitu melihat kondisi Gista saat ini.
"Gis," ucap Anara membekap mulutnya. Ia ngeri melihat darah di sekitar tubuh Gista juga lengan cewek itu yang penuh sayatan.
"Ya Allah, Nak!" Wina menghambur memeluk tubuh ringkih yang semakin kurus itu dengan erat. "Kenapa kamu kayak gini, Sayang?"
Wina meneteskan air mata melihat kehancuran keponakannya itu. Dia tidak bisa membayangkan betapa hacur, sakit, dan sulitnya Gista menerima semua takdir Tuhan yang seperti ini.
"Istigfar Gista jangan kayak gini lagi," kata Revan ikut berjongkok dan mengelus telapak tangan Gista yang berdarah.
"Tante sama Om nggak pernah nyalahin kamu soal kematian Bang Wira. Kita tahu ini takdir, Sayang. Jangan nyakitin diri kamu sendiri kayak gini." Revan menatap lekat keponakannya yang membalas tatapannya dengan sendu dan bersalah.
"Kalau Gista nggak egois Bang Wira nggak bakalan sakit dan pergi, Om."
"Enggak, Sayang. Bang Wira bakalan tetep pergi kalo emang udah takdirnya." Wina berusaha memahamkan Gista. Namun, cewek itu terus menggeleng.
"Enggak!" Gista berteriak dan menyentak tubuh Wina. Dia berdiri membuat darah di telapak tangannya menetes ke lantai.
"Ini semua salah Gista, Tan!"
Gista mencengkeram rambutnya yang kusut. "Argghhh! Gista mau ikut mereka! Gista mau ikut Mama!"
"Gista, istigfar, Sayang. Jangan kayak gini." Wina merentangkan tangannya agar Gista masuk ke pelukannya. Namun, cewek itu menggeleng sambil berjalan mundur.
"Gista jahat, Tan. Gista pembawa sial. Gista nggak pantes ada di keluarga ini." Tubuh cewek itu kembali bergetar dengan air mata yang berlomba-lomba turun dari pelupuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...