Bab 68

3.1K 246 20
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

-----

"Uang memang bukanlah segala-galanya. Tapi, segalanya bisa diatasi dengan uang. Sungguh indahnya dunia persogokan ini."

~Gistara Arabhita.


"Mau jadi apa kamu Gista? Mentang-mentang anak mantan ketua geng motor ada masalah sedikit langsung main pukul seenaknya," hardik Pak Malik di depan wajah Gista.

Gista dan Bianca juga dua ciwinya kini menghadap kepala sekolah. Kejadian pagi tadi sudah terdengar sampai ke telinga guru sehingga mereka dipanggil untuk dimintai penjelasan.

Namun, yang didapat Gista bukanlah pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Malah makian dan hardikan atas perbuatannya. Di sini mereka terus memarahinya. Tampak sekali kalau mereka melindungi Bianca.

Oh, iya Gista lupa. Ayah tiri Bianca adalah donatur tetap di sekolah. Jadi, mana berani mereka menghardik Bianca atau mereka akan kehilangan donatur tetap dan terbesar di sekolah ini.

Selain itu, Gista yakin jika Bianca sudah menyuap dua guru yang seharusnya menjadi tauladan bagi muridnya itu. Seperti kasus Bianca yang sudah-sudah dengan siswa-siswi lain semua berakhir dengan korban bully-nya yang mendapat hukuman dan dia yang bebas. Tidak mungkin, kan, kalau tidak menggunakan uang panas.

"Apa kamu tidak memikirkan resiko yang akan kamu tanggung ke depannya jika sampai Bianca kenapa-kenapa," kata Pak Riyan selaku kepala sekolah.

Sedari tadi keduanya terus memarahinya secara bergantian. Telinga Gista jadi panas.

"Lihat! Mereka bertiga terluka gara-gara kamu." Pak Riyan menatap ketiga siswi yang duduk di sofa dengan sikap tenang dan sok alimnya.

"Bagaimana kalau orangtuanya menuntut kamu, Gista? Nama baik sekolah kita akan tercemar."

Gista memutar bola matanya. "Bapak pikir saya juga tidak terluka," ujarnya menatap dingin dua guru di depannya.

Entah, sudah hilang kemana sopan santun cewek itu.

Dia hanya muak dengan sidang yang terjadi sekarang. Sidang yang dimenangkan hanya karena adanya campur tangan uang dari keluarga Bianca.

"Kamu ini dibilangin malah jawab!" bentak Pak Malik. "Luka kamu itu luka kecil. Dan wajar Bianca menyerang kamu balik karena kamu, kan, yang memulai duluan."

Tangan Gista mengepal di bawah meja.

Lihat saja! Pulang sekolah dia akan menyuruh Revan menyumbang dana ke sekolah ini dalam jumlah yang besar melebihi jumlah yang diberikan oleh papa tiri Bianca.

Kalau mereka memang tidak bisa melihat kebenaran karena matanya tertutup oleh uang. Gista pun akan melakukan hal yang sama. Menutup mata mereka dengan uang.

"Lalu, apakah tindakan Bianca yang menyebar aib keluarga saya itu tindakan yang wajar?" tanya Gista sinis.

"Bukankah itu melanggar privasi saya dan keluarga saya. Kenapa Bapak biarkan saja murid Bapak berlaku seenaknya pula di sekolah ini seolah yayasan ini milik ayahnya?"

Pak Riyan dan Pak Malik terkejut mendengar penuturan Gista.

Bianca yang murka langsung menyerobot. "Saya tidak membuka aib, Pak. Saya hanya mengungkap kebenaran mengenai Kanaya yang dulu juga merupakan siswi Cantaka. Saya juga mengungkap mengenai kelakuan Ganes di luar sekolah. Apakah itu salah?"

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang