Ig : @nis_liha
@wattapdnislihaHAPPY READING!
-----
"Sekarang mungkin enggak. Tapi, kita enggak ada yang tahu gimana cara kerja semesta nanti. Bisa jadi lo nantinya bakalan jadi cewek yang paling baper sama gue."
~Manggala Alsaki Kavindra
Melepas cekalannya pada Gista. Manggala pun membantu lelaki berambut keriting yang wajahnya sudah babak belur dan pelipisnya berdarah itu untuk berdiri. Sementara, perempuan di sebelah lelaki itu memakaikan jaket ke tubuh perempuan yang bajunya sudah terkoyak itu sebelum akhirnya juga membantunya untuk bediri.
"Maaf, Mbak, Mas. Om-om tadi berhasil kabur," ucap Manggala pada ketiga orang tersebut.
Si perempuan yang semula bajunya telah terkoyak dan kini telah tertutup oleh jaket itu pun menjawab, "Enggak papa, Mas. Saya yang seharusnya minta maaf sama Masnya karena gara-gara nolongin saya jadi kena pukul."
Perempuan itu mengeratkan jaketnya. Bibirnya meringis melihat lebam di wajah pemuda di depannya yang telah menolongnya.
"Enggak papa, Mbak. Ini hanya luka kecil. Nanti bisa diobatin," ucap cowok jakung itu menyeka sedikit darah yang mengalir dari bibirnya.
Luka robek di sudut kiri bibirnya itu sebenarnya bukan karena hajaran lelaki mesum yang telah pergi tadi. Melainkan karena pukulan singa betinanya Cantaka yang tanpa ada angin dan hujan langsung menuduhnya yang tidak-tidak dan memberinya bogem mentah beberapa kali.
"Terima kasih, Mas. Sudah menolong adik saya. Kalau ndak ada Mas mungkin lelaki hidung belang tadi berhasil membawa kabur adik saya," tukas seorang lelaki dengan wajah babak belur itu.
Manggala mengangguk sambil tersenyum ramah. "Sama-sama, Mas. Sudah seharusnya sesama manusia itu saling tolong menolong."
"Buat Mbaknya. Jangan salah paham, Mbak. Masnya ini nggak jahat kok. Justru dia yang nolongin saya sama adik saya," jelas lelaki itu pada Gista yang hanya mematung di tempatnya.
Manggala tersenyum tipis. "Ndak papa, Mas. Dia teman saya kok," terangnya.
"Biar nanti saya sendiri saja yang menjelaskan ke dia. Masnya lebih baik langsung bawa Mbaknya pulang. Kasihan Mbaknya kayaknya masih syok banget."
Ketiga orang itu hanya mengangguk lalu melangkah menuju mobil yang terparkir di dekat motor vespa kuning milik Manggala. Sesaat setelah mengucapkan terima kasih dan permisi.
Setelah mobil itu melaju dan meninggalkan mereka berdua di jalan yang sepi dan hanya ada pohon-pohon tinggi di sisi kiri dan kanan jalan. Gista menatap Manggala dengan perasaan bersalah. Namun, bibirnya terlalu kaku hanya untuk sekadar mengucapkan kata maaf. Alias gengsi.
Di dalam kamus hidup Gista. Kata maaf itu bisa dihitung dengan jari.
Cowok beralis tebal itu menyugar rambutnya dan berjalan pelan ke arah Gista. "Niatnya mau jadi pahlawan. Malah ujung-ujungnya jadi malu sendiri," sindir Manggala dengan sebelah sudut bibirnya yang tertarik ke atas.
Berhenti tepat di depan Gista. Manggala merunduk untuk menatap wajah cewek yang mendapatkan julukan singa betinanya Cantaka ini karena tingginya yang hanya sebatas dadanya.
"Lo udah bikin kadar ketampanan gue berkurang. Juga udah bikin orang tadi berhasil kabur," kata Manggala dengan senyum miringnya. "Jadi, gue punya tiga permintaan yang harus lo turutin."
KAMU SEDANG MEMBACA
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...