HAPPY READING!
-----
"Seorang musuh yang pengecut jika tengah terancam mereka akan menyerang dari belakang."
BughDanar terhuyung ke belakang ketika cewek di depannya itu tanpa terbaca memberinya bogem mentah tepat pada pipinya.
Sialan. Danar mengumpat. Dia melempar tasnya asal ke tanah. Lalu, bersiap membalas pukulan yang dilayangkan Gista padanya.
Persetan dengan perbedaan genre di antara mereka. Persetan pula jika ia dibilang banci karena melawan perempuan. Karena sumpah demi apapun pukulan singa betina tadi benar-benar membuat pipinya berkedut nyeri. Matanya kini juga jadi berkaca-kaca karena menahan sakit.
Si singa betina itu tersenyum miring.
Saat Danar melayangkan pukulan ke wajahnya dengan sigap dia menangkisnya. Begitu terus sampai beberapa kali.
Shit!
Umpatan Danar makin menjadi-jadi. Senyum Gista makin mengembang. Apalagi Danar terlihat gusar. Dia celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Berharap ada yang menolongnya.
Cewek berkuncir kuda itu mengikuti arah pandang Danar pada supir angkot dan Mbah Jenderal yang memerhatikan keduanya di depan warung di bawah pohon mangga tak jauh dari tempat keduanya saat ini.
"Aduh Neng jangan berantem atuh. Kalau ada masalah diselesain baik-baik. Jangan kayak gini. Nanti kalau si Eneng babak belur gimana?!" teriak Mbah Jenderal yang meremas kain lap di tangannya.
Gista mengabaikannya. Dia kembali fokus pada cowok di depannya. Ketika cowok itu lengah dengan gerakan cepat ia langsung memberinya bogem mentah tepat pada hidungnya.
Danar yang tak siaga langsung terjatuh ke belakang. Cairan kental berwarna merah keluar dari hidungnya. Dengan kasar cowok jakung itu menyeka darah yang telah mengotori bajunya.
"Bangsat! Mau lo apa sih?!"
Danar berdiri dengan sorot mata tajamnya. Mata cowok berambut ikal itu memerah. Rahangnya mengeras. Menandakan bahwa ia tengah marah. Gista benar-benar menginjak harga dirinya sebagai seorang cowok.
"Lo masih tanya apa mau gue setelah apa yang lo lakuin tadi pagi?!" Gista meradang. Deru napasnya memburu mengingat kejadian di dalam gudang pagi tadi.
"Oh, jadi ceritanya lo mau balas dendam ke gue?"
Mata Gista menyipit. Mencoba menelisik raut wajah Danar yang tiba-tiba berubah menampilkan smirk-nya.
Cowok itu mengode seseorang yang berada di bawah pohon mangga di depan warung untuk mendekat.
Gila! Danar mau meminta bantuan pada Mbah Jenderal? Yang benar saja?
Namun, tebakan Gista salah. Yang diberi kode oleh Danar bukanlah Mbah Jenderal. Melainkan supir angkot yang kini berjalan santai sambil tersenyum miring padanya. Tatapannya memindai Gista dari atas ke bawah sambil mengelus-elus dagunya yang ditumbuhi jenggot.
Gista semakin yakin jika supir itu yang dimaksud oleh Anara. Terlihat dari gelagatnya yang menatap Gista tak biasa. Dia juga ingat supir itu pula yang dulu dengan kurang ajarnya berani mencolek dagunya ketika ia naik angkot sepulang sekolah karena tidak membawa mobil.
"Bang! Bisa bantuin saya buat ngasih pelajaran ke cewek sok jago ini," sambut Danar ketika supir itu telah berdiri di sisinya.
Supir angkot itu mengangguk dan tersenyum. "Bisa dong, Nar. Apa sih yang nggak bisa buat lo. Lawan cewek gini mah kecil," ucapnya menyeringai pada Gista.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...