Bab 33

3.2K 233 15
                                    

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

HAPPY READING!

-----
"Mencintai satu orang yang sama yang juga dicintai oleh saudara kandung itu sama halnya dengan menusuk dari belakang."


~Gistara Arabhita


"Tinggalin gue sendiri," usir Gista pada Kaivan yang berdiri di sebelahnya.

Pandangan cewek itu lurus ke depan. Tidak ada ekspresi apapun yang ia tampilkan di wajah cantiknya. Wajahnya saat ini begitu datar dan beraura gelap.

"Gis... " Kaivan memanggil lirih.

"Pergi." Gista maju selangkah membelakangi Kaivan yang menatapnya tak mengerti. Kedua alis Kaivan bertaut, mata sipitnya makin menyipit.

"Lo marah karena gue ngingkarin janji gue ke lo?" tanya Kaivan.

"Enggak," jawab Gista singkat.

Gue nggak marah. Gue cuman kecewa sama diri gue sendiri. Bisa-bisanya gue menaruh harapan pada laki-laki yang selama ini gue percaya, tapi ternyata cuman nganggep gue sebagai sahabatnya. Nggak lebih!

"Gis, gue ke sini mau nemenin lo. Gue—"

"Pergi!"

Melihat Kaivan yang masih berdiam di tempat, Gista kembali tersulut emosi.

"Pergi, Kaivan! Tinggalin gue sendiri! Lo ngerti bahasa manusia nggak sih anjing?!"

Gista mengepalkan kedua tangannya yang berada di samping tubuhnya dengan kuat. Dia baru saja membentak Kaivan. Pasti cowok itu saat ini merasa tersinggung karena sikapnya.

"Pergi! Gue pengin sendiri, Kai." Gista berucap lirih setelah berusaha meredamkan emosi yang meledak-ledak di dadanya.

Kaivan menurut. Tanpa bicara lagi, cowok bermata sipit itu meninggalkan Gista sambil menghela napasnya, kasar.  Untuk pertama kalinya sahabatnya itu membentaknya dengan kasar seperti ini. Sebrutal-brutalnya Gista, cewek itu tidak pernah menyentaknya.

Usai keprgian Kaivan. Gista menatap nyalang ke depan dengan tangan yang makin mengepal.

"Arghhh! Anjing!" geramnya marah pada diri sendiri karena saat ini tetes demi tetes air mulai jatuh dari kelopak matanya yang berkedip.

Gista benci berada pada situasi seperti ini. Situasi di mana ia kehilangan kekuatannya dan menjadi rapuh.

Setiap orang pasti pernah merasakan berada pada titik kerapuhannya masing-masing. Dan Gista paling benci ketika hal itu terjadi. Dia benci pada dirinya yang cengeng. Menangis hanya karena laki-laki yang dicintainya malah mencintai kakaknya.

Kenapa harus kakaknya?

Itulah pertanyaan yang kini berada di dalam kepala Gista. Di antara ribuan perempuan yang ada kenapa Kaivan harus memilih Kanaya untuk dicintai?

Gista tidak masalah jika Kaivan tidak mencintainya karena mencintai perempuan lain. Tetapi, jika yang laki-laki itu cintai adalah kakaknya. Itu membuat Gista merasa jika ia telah menghianati sang kakak.

Bagi Gista mencintai satu orang yang sama yang juga dicintai oleh saudara kandung itu sama halnya dengan menusuk dari belakang.

Gista meremas kuat rok yang ia kenakan membuat bekas remasan itu berubah menjadi kusut. Dia merasa telah menghianati sang kakak. Gista merasa berdosa karena berniat mencuri hati Kaivan ketika semua rasa bencinya pada laki-laki telah tuntas setelah semuanya terbongkar.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang