Bab 29

3.3K 234 8
                                    

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

HAPPY READING!

-----

"Jangan pernah menduga tanpa alasan yang kuat atau kamu akan malu sendiri."

~Manggala Alsaki Kavindra

"Gue di mana?" tanya Anara yang baru saja membuka kelopak matanya dan disuguhkan dengan pemandangan tiga orang lelaki dan satu perempuan di sisi brankar-nya.

Mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dengan kelambu hijau yang dijadikan pembatas antar brankar, lalu mata beloknya kemudian mengerjap dua kali memandang tiga orang cowok tampan yang kini sama-sama menatap ke arahnya.

"Kalian... siapa?" tanyanya lagi yang sudah duduk dengan wajah polos seolah tak memiliki dosa di sepanjang hidupnya.

"Setan," ceplos Janu ngawur. "Dan lo sekarang ada di neraka."

"Awshh." Cowok berambut klimis itu meringis ketika sebuah tangan kekar menoyor kepalanya dari belakang.

"Lo punya dendam apaan sih sama gue, Gal. Perasaan seneng banget noyor kepala gue."

Janu segera menyingkir di sebelah Magenta. Mencari perlindungan pada cowok itu jika seandainya Manggala akan menoyor atau menggeplak kepalanya lagi seperti biasanya.

"Dendam abadi. Pokok gue dendam banget sama lo, " jawab Manggala yang kini berjalan ke sisi kanan brankar dan berdiri tepat di sebelah Gista. Membuat cewek berkuncir kuda yang sudah siaga dengan mata elangnya itu langsung menggeser tubuhnya ke kiri.

Melihat Anara yang hendak membuka  bibir sambil mengamati wajah Magenta. Gista langsung menyambarnya. "Udah nggak usah kebanyakan drama lo!"

Gadis yang tengah menyandarkan punggungnya di dinding belakangnya itu lantas menyengir kuda. Rupanya Gista mengetahui rencana busuknya untuk mencoba mencari perhatian pada Magenta.

"Oh, iya. Gue tadi pingsan ya, Gis? Lama nggak pingsannya?" tanyanya dengan tampang bloon.

Gista merotasikan kedua bola matanya. "Bukan lama lagi, tapi kelamaan."

"Sampe gue nggak bisa bedain lo itu pingsan apa ngebo," ujarnya sarkas.

Anara terkekeh. "Sorry, Gis. Abisnya gue tadi takut banget sih. Kan, lo tau sendiri kalo gue suka tremor sampe pingsan kalo lagi takut."

Janu segera menyahut. "Lo tadi tremor sampe pingsan?"

Anara mengangguk imut.

"Kok bisa?" Bukan Janu yang bertanya, tapi Manggala. Cowok itu kini melipat kedua tangannya di depan dada sambil memandangi Anara.

"Lo abis lihat hantu?" tanya Janu yang langsung mendapat delikan tajam dari Gista.

Cowok berambut klimis itu  bergidik ngeri. Ia menelan ludahnya susah payah. Karena sumpah demi apapun tatapan mata Gista saat ini horornya melebihi film horor paling horor yang pernah ia tonton bersama adiknya di rumah.

Tuh anak keknya punya dendam pribadi deh sama gue, batinnya ngeri.

Anara menjawab. "Enggaklah! Yakali masih pagi ada begituan."

"Gue tuh takut soalnya Gista bawa mobilnya kayak nggak bawa nyawa. Sumpah! Ngeri banget tau nggak. Untung aja kita nggak sampe silaturahim sama malaikat izrail." Cerita Anara menggebu-gebu.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia klarifikasi pada dua malaikat penanya dalam kubur nantinya atas segala dosanya memandangi roti sobek cowok-cowok saat basket, voli, dan bermain sepak bola lalu selebrasi dengan menaikkan kaus bagian depannya. Atau ketika mereka mengelap keringat sampai menunjukkan roti sobek mereka yang  menggoda iman. Jika ia benar-benar silaturahim dengan malaikat izrail.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang