Bab 86

3.2K 189 13
                                    

HAPPY READING!
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!

-----

"Kenapa takdir Tuhan sebercanda itu padaku?"

~Gistara Arabhita

Sedari tadi Gista tak henti-henti menggerak-gerakkan kakinya. Dia tampak gelisah dan sesekali memegangi perutnya membuat decakan sebal dari gadis di sebelahnya.

"Lo kenapa sih Gis dari tadi gerak mulu kek ulet bulu?" tanya Anara yang risih dengan gadis itu.

Gista merapatkan kakinya sembari menggigit bibir bagian bawahnya. "Gue kebelet, Ra," jawabnya polos.

"Bbbhuahahaha!" Tawa Anara pecah mendengar jawaban polos Gista. Karena suaranya yang beroktaf-oktaf membuat perhatian siswa-siswi kini beralih pada keduanya. Karena acara memang belum dimulai.

"Awshhh... sakit, Gis!" Anara memekik ketika Gista menendang kakinya menggunakan heels.

Sytle dan dandanan boleh feminim, tapi jiwa gadis itu masih bar-bar.

"Makanya kalo ketawa itu jangan kelewatan. Gue malu tauk," dumel Gista.

"Lah abis komuk lo lucu banget kek orang nahan ee," ucap Anara keras yang langsung mendapat cubitan di lengannya oleh Gista.

"Aw aw awwww. Sakit Gis."

Anara mengusap lengannya yang memerah karena cubitan dari Gista.

Gista menatap tajam gadis di sampingnya itu. "Ya lo kalo ngomong jangan keras-keras, Raaaa...," lirih Gista geregetan. "Ga enak didengerin orang."

"Gue itu emang kebelet pipis sama BAB. Mules banget nih perut gue," lanjutnya mencengkeram perutnya yang sedari tadi terasa tak nyaman.

"Lo sih gue bilangin jangan minum es boba sama makan roti dulu nggak nurut," oceh Anara dengan nada yang lirih.

Sebelum memisahkan diri dari rombongan Balapati dan duduk di kursi yang disediakan yang dibedakan antara perempuan dan laki-laki tadi Anara memang sudah mewanti-wanti pada Gista agar jangan sampai minum dan makan dulu. Tapi, begitu disodori es boba kesukaannya oleh adik kelas yang katanya ngefans sama Gista. Gadis itu langsung meminumnya, mengabaikan larangan Anara. Ia bahkan juga makan roti kesukaannya dari snack yang disediakan oleh panitia sampai habis. Mungkin karena itulah Gista sampai kebelet.

"Lo tuh kebelet nggak tahu kondisi banget. Tahan dulu napa, Gis. Masa lo udah cantik-cantik kayak gini mau ke toliet dulu. Ntar kalo ancur gimana dandana lo? Mana ini udah mau mulai lagi."

Gista mendesis sebal. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi malah diminta menanti sampai selesai. Bisa-bisa ia boker di celana.

"Tapi, gue udah nggak tahan, Ra." Gista makin merapatkan kaki dan mencengkeram perutnya.

"Duh, Gis! Ini udah mau mulai tau acaranya. Nanti kalo lo lama di toiletnya terus dipanggil gimana coba? Masa iya gue bilang ke MC-nya kalo lo masih boker. Tahan dulu bentar ya," ujar Anara dengan tampang polosnya membuat Gista makin ingin menampolnya dengan high heels.

"Tahan bentar mbahmu!" umpat Gista  sebal. "Gue udah nggak tahan banget. Ini udah diujung, Ra."

Tangan Gista kini berkeringat dingin. Dia sendiri juga tidak paham kenapa ia bisa-bisa se kebelet ini. Biasanya mau makan sepedas apa atau pun sebanyak apa ia tidak akan langsung mules seperti ini. Kenapa cuman gara-gara minum es boba dan makan roti saja ia bisa langsung mules?

"Terus gimana dong, Gis?" Anara panik bukan main. Pasalnya wajah Gista pun juga ikut berkeringat dingin karena menahan untuk tidak buang air kecil dan besar. Dan di atas panggung seorang MC sudah mulai membuka acara final pemilihan putra dan putri sekolah tahun ini.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang