Bab 40

3.6K 223 15
                                    

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

HAPPY READING

-----
"Bahwa laki-laki yang tulus mencintai perempuan itu dia akan menjaganya, bukan merusaknya."

~Manggala Alsaki Kavindra

"Pegangan!" titah Manggala pada Gista yang telah naik di jok belakang motor vespanya.

"Ogah!" tolak Gista mentah-mentah.

"Nggak usah modus lo ya!"

Baru saja Manggala menerangkan pada gadis itu agar ia tidak terus-terusan kena tuduh tukang mesum. Kini gadis itu malah kembali menuduhnya.

"Gue nggak modus."

"Halah. Nggak usah alesan! Udah kebaca muka lo!"

Menghela napas lelah, Manggala mengalah. "Oke. Terserah lo mau pegangan apa enggak, tapi jangan nyalahin gue kalau sampai tubuh kurus lo itu terbang ke bawa angin."

"Lo ngehina gue?!" Gista mendelik, menatap tajam cowok yang tengah memakai helm di depannya itu.

"Siapa sih yang ngehina? Badan lo, kan, emang kurus? Makanya makan yang banyak biar berisi nggak kerempeng kayak gitu," ujar Manggala menyalakan motornya.

"Kok lo jadi body shaming gini sih?!" murka Gista tak terima dikatakan kurus, walaupun kenyataannya memang begitu. Akan tetapi, ia hanya kurus tidak kerempeng apalagi kering.

Kembali mengalah untuk diam dan tidak meladeni amukan Gista. Manggala melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, pukul tujuh lebih seperempat. Ia tadi memang sengaja menunggu azan Isya sekalian mengajak Gista untuk salat Isya terlebih dahulu sebelum pulang. Mengimami gadis itu di musala usai para jamaah keluar karena tempatnya yang kecil sehingga membuatnya harus bergantian untuk melaksanakan salat dengan jamaah lain.

"Jangan ngebut! Awas aja kalo ngebut! Gue masukin lo ke rumah sakit!" ancam Gista ketika cowok itu mulai melajukan motornya.

Manggala kini tidak lagi ugal-ugalan seperti tadi cowok itu mengendarai motornya dengan begitu santai. Saking santainya membuat Gista ingin menendang cowok itu ke neraka.

"Lo sebenernya bisa bawa motor nggak sih?!" sentak gadis yang berada di jok belakang itu sambil memukul helm Manggala.

"Bawa motor yang bener dong!"

Manggala menghentikan laju motornya. Berbicara dengan gadis itu melalui kaca spion. "Lo gimana sih? Ngebut salah, pelan salah. Lo aja deh yang nyetir. Gantian," tawar cowok itu pada Gista.

"Ogah! Ya kali cewek suruh bonceng cowok! Enak aja ntar lo grepe-grepe gue lagi dari belakang!"

Lagi-lagi, dan lagi gadis itu menuduh yang tidak-tidak pada Manggala.

"Ya, terus gue harus gimana? Katanya nggak boleh ngebut, disuruh pelan."

Gista meremas kedua tangannya yang mengepal di belakang kepala Manggala. Rasanya ingin sekali ia menjambak rambutnya sampai rontok semua.

Dia memang melarang Manggala untuk ngebut, tapi nggak sepelan itu juga. Yang ia maksud pelan itu sesuai kecepatan standar pada umumnya.

"Ya nggak gitu juga kali, Gal! Emang lo  pikir gue bayi, sampe kecepatan lo aja nggak ada tiga puluh!" bentak Gista, kesal.

Gal?

Bukannya marah karena dibentak. Cowok dengan seragam dan almamater Cantaka yang masih melekat di tubuhnya itu tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan ia mengenal dan dekat dengan gadis di belakangnya itu karena sebuah job. Baru kali ini ia mendengar gadis itu memanggilanya "Gal". Sepele, tapi entah kenapa membuat cowok itu jadi mesam-mesem tidak jelas.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang