Bab 61

3.3K 238 43
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

-----

"Semua kebohongan itu menyakitkan apalagi kebohongan yang dibuat oleh orang yang dipercaya selama ini."

Suara isakan saling bersahutan di lorong rumah sakit. Gista duduk di kursi tunggu dengan Wina dan Revan yang berada di sebelahnya.

Sedari tadi gadis itu tidak henti-hentinya menangis. Dia merasa terbohongi oleh semua orang. Revan dan Wina ternyata tahu semua tentang Wira dan Kanaya. Tapi, mereka sengaja menutupinya dari Gista.

"Maafin, Tante, Gista. Maaf." Perempuan parubaya itu terus mengucap maaf sambil menggenggam tangan Gista. Kepalanya tertunduk dengan kedua mata yang terus mengalirkan air.

"Tante sama Om punya alesan kenapa kami nggak bicara jujur sama kamu, Nak. Kami tidak pernah bermaksud menyembunyikan ini semua dari kamu."

"Apa alesan Mama?" tanya Ganes yang berdiri sambil menyandarkan kepalanya ke tembok.

Ganes menegakkan tubuhnya. "Apa alesan Mama nutupin semua ini dari Ganes sama Gista, Ma?"

"Kemarin Papa bilang kalau Ganes itu pengecut karena Ganes udah hampir ngelecehin anak orang sampe dia menderita. Papa pukulin Ganes karena nggak jujur sama Papa."

Mata Ganes memerah menahan tangis. Rahangnya mengeras. "Sekarang... sekarang apa, Pa? Papa malah rela berbohong demi nutupin kesalahan Bang Wira. Padahal dia udah bikin Gista menderita dan kehilangan kebahagiaannya. Gista kehilangan Kanya, Om Erlan, dan juga kasih sayang Tante Wening."

"Kalau gitu siapa sebenernya di sini yang pengecut, Pa?" geram Ganes mengepalkan tangannya kuat.

"Aku, Bang Wira atau... Papa," tekannya tepat di depan wajah Revan.

Plak

Wajah Ganes tertoleh ke samping karena tamparan keras yang Revan layangkan pada putranya tersebut.

"Berani kamu bicara seperti itu sama Papa." Revan menunjuk putranya dengan tatapan nyalang.

"Buat apa aku takut sama seorang ayah yang mengatakan anaknya pecundang. Padahal, dirinya sendiri jauh lebih pecundang. Papa mendidik Ganes menjadi lelaki pemberani sejak kecil. Tapi, sikap Papa selama ini justru berbanding terbalik dengan apa yang Papa ajarkan sama Ganes."

"Papa sama Mama punya alasan atas itu semua Ganes!" bentak Revan dengan urat-urat yang menonjol di lehernya.

"Alesan apa? Karena Bang Wira sakit ginjal atau karena Papa dari dulu emang lebih sayang sama dia ketimbang aku!"

"Ganes!" Revan yang murka mengangkat tangannya hendak memukul putranya. Membuat Wina langsung berdiri dari duduknya dan menahan tangan suaminya.

"Sudah, Pa. Tenang. Ini rumah sakit. Jangan buat keributan kasihan anak kita di dalam. Dia lagi ditanganin sama dokter, Pa."

"Kenapa nggak jadi, Pa? Ayo tampar Ganes lagi! Tampar, Pa! Tampar!"

Air mata kini sudah meluruh di wajah Ganes. "Pukul Ganes kayak semalem ketika Papa tahu kalau Ganes itu pengecut," lirihnya penuh tekanan.

Kaivan menarik mundur tubuh Ganes yang menegang. Ganes menatap kedua orangtuanya dengan tatapan terluka. Semalam dia dihajar sampai kehilangan tenaga. Padahal, papanya tahu dia sudah babak belur.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang