Bab 37

3.3K 235 21
                                    

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

HAPPY READING!

-----

"Permintaan maaf yang diterima itu penting banget buat gue. Kaewna itu gue belum bisa tenang kalau lo belum maafin gue."

~Manggala Alsaki Kavindra

"GISTAAA!"

"WOYYY! GISTARA ARABHITAAAA!"

"SINGA CANTAKA!"

Anara merunduk memegangi lututnya sambil mengatur napas yang tinggal satu-satu. Dia tadi berlari dari parkiran sampai ke lantai dua hanya untuk mengejar sahabat durjananya yang dipanggil tidak menyahut sama sekali. Padahal, Anara mengejarnya untuk memberikan berita yang hot yang baru saja didapatnya semalam.

Bukannya Gista tidak mendengar. Meski telingnya tersumpal oleh earpohone. Suara cetar membahana Anara tetap saja masih bisa menyusup ke gendang telinganya. Hanya saja ia sengaja berpura-pura tidak mendengar.

Teman laknat!

"Cantik doang dipanggil nggak nengok! Budeg!" teriak Anara di koridor menuju kelasnya yang ajaibnya menghentikan langkah Gista.

"Lo ngatain gue apa?" tanya Gista melipat kedua tangannya di depan dada dan berjalan menghampiri Anara.

Mata elang itu menatap penuh intimidasi. Dagunya sedikit terangkat. Bibirnya menampilkan smirk andalannya. Tak lupa ia menatap angkuh lawan bicaranya yang kini mati kutu, merasakan aura gelap tengah menyelimutinya.

Gue salah bicara deh kayaknya! Batin Anara menelan salivanya susah payah .

"Lo ngatain gue apa hm?" ulang Gista yang terus melangkah mendekat.

"G-gu... gue... bb-be... ber.. canda, Gis."

Anara menggigit bibir bawahnya, takut. Ekspresi Gista kali ini benar-benar menyeramkan. Gadis dengan bando merah di kepalanya itu tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti jika si singa Cantaka ini beneran ngamuk. Bisa tamat riwayatnya di dunia ini.

"Momy!! Ara masih pengen hidup. Ara masih jomlo. Ara belum nikah. Akun tiktok Ara followers-nya juga masih sedikit! Huaaaa! Ara masih pengin jadi selebgram!" teriak gadis itu di dalam hati sambil mencengkeram tali totebag-nya di bahu kiri.

"Gis. Jangan bunuh hidup-hidup. Gue ini sahabat lo kalau lo lupa. Gue tadi cuman bercanda."

Gista tidak menjawab. Dia menatap Anara datar. Dalam hati ia ingin tertawa melihat ekspresi Anara yang mirip orang menahan boker. Gadis itu sangat menikmati ketakutan sahabat perempuan satu-satunya itu tanpa ada niatan mengubah ekspresinya.

Gista tidak tahu jika Anara saat ini sudah mati-matian berusaha melawan ketakutan di dalam dirinya agar tremor-nya tidak kambuh. Kalau sampai tremor-nya kambuh dan berujung pingsan. Anara khawatir Gista bukannya menolongnya malah melemparnya dari balkon lantai dua ini.

"Gis, maafin gue," rengek Anara meraih tangan Gista.

Gista mendengus. "Makanya kalau ngomong jangan asal. Pake bilang gue budeg segala. Gue bikin budeg telinga lo baru tau rasa."

Anara bergidik ngeri. Ancaman Gista sadis sekali.

"Ya abisnya lo itu dipanggil nggak nyautin sama sekali. Nengok juga enggak," dumelnya mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang