Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.
Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnislihaTiktok : wattpadnisliha
-----
"Kalian cuman tahu sisi baik gue. Padahal, gue itu juga punya sisi gelap."
~Magenta Sangga Daneswara
Paduan suara sirine mobil polisi dan ambulance mewarnai malam di sekitar lapangan tempat kedua geng besar tadi melangsungkan pertempuran. Rombongan pria berseragam coklat tua membekuk anak-anak geng motor yang tersisa di tempat. Yang lainnya sudah melarikan diri, kecuali anak Balapati.
Gista menginterupsi pada anggotanya agar tetap di tempat. Jika mereka kabur justru mereka akan dalam bahaya. Polisi bisa saja menembakkan peluru ke kakinya sama halnya yang dilakukan untuk meringkus anak buah Mahen yang mencoba kabur.
Beberapa anak Balapati yang terluka juga lawan yang keadaannya parah sudah dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulance.
Gista yang masih mendekap tubuh Manggala yang pingsan dengan kepala cowok tersebut yang bersandar di bahunya mulai cemas karena tidak ada pihak medis yang menghampirinya.
"Bang Devan ini gimana?! Manggala butuh pertolongan secepatnya!" teriaknya pada Devan yang bersama dengan Revan dan Anara. Ketiganya masih berbicara dengan polisi untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sebab, Revan tadi memanggil polisi ke sini karena kasus penculikan bukan pertempuran antar kedua geng motor.
Devan tidak mendengar teriakan cewek itu karena keadaan yang ramai. Dia juga tidak tahu jika Manggala belum ditangani.
"Gal! Bertahan. Gue mohon," lirihnya menggenggam tangan cowok itu yang terasa dingin.
Janu yang tengah membantu anggota Balapati lainnya untuk masuk ke ambulance, menoleh cepat. Dia pikir Manggala sudah ditangai nyatanya cowok itu masih berada di tempat dengan posisi yang sama.
Secara tidak sadar cowok yang rambut klimisnya sudah berantakan itu melepas pegangannya pada cowok yang ia papah dan berlari menuju Gista. Janu seolah lupa akan temannya yang ia tolong tersebut yang kini tersungkur di tanah.
"Ya Allah, Gis! Ini gimana sih Manggala kok malah nggak diprioritasin!" panik Janu menarik tubuh Manggala hingga cowok itu berbaring di pahanya.
Tak lama petugas medis datang membawa tandu. Janu segera membantunya mengangkat tubuh sahabatnya itu ke atas tandu.
"Gis, lo ikut ke ambulance ya? Lo temenin Manggala," pinta Janu.
"Tapi, gue harus selesain ini, Jan. Gue—"
Belum selesai dia berbicara Janu sudah mendorong punggungnya agar ikut naik ke ambulance yang akan membawa Manggala ke rumah sakit terdekat.
"Yang di sini biar diurus Bang Devan sama Om Revan, Gis." Janu terus mendorong tubuh Gista naik ke ambulance sampai kepala gadis itu terkantuk pintu belakang. Ia seakan lupa jika Gista itu adalah ketuanya.
"Udah lo temenin Manggala aja, Gis. Kalo ada apa-apa hubungin kita. Nanti kita nyusul," kata Ganes yang tiba-tiba sudah berada di sana bersama Kaivan, Magenta, Rania, dan Anika.
Tak mau Manggala kenapa-napa karena tidak segera mendapat pertolongan cewek itu pun mengangguk. Dia akan ikut menemani Manggala ke rumah sakit. Sebelumnya dia melepas kalung berbandul katana kecil miliknya, juga menitipkan katanaya pada Ganes. Tidak mungkin ia ke rumah sakit dengan benda-benda itu. Yang ada ia malah akan membuat takut pihak rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISTARA (END)
Teen FictionKejadian yang menimpa kakaknya membuat Gistara Arabhita membenci cowok. Dia menganggap semua cowok itu sama, yakni tiga B yang berarti belang, bejat, dan berbahaya. Akan tetapi, Gista yang membenci cowok terpaksa harus terus berurusan dengan Mangga...