Bab 60

3.3K 253 75
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

WARNING :

Sebelum membaca part ini dimohon untuk menarik napas pelan lalu membuangnya sampai tiga kali.
OKE. Jika sudah selamat membaca dan silakan berikan komentar di tiap paragraf untuk menunjukkan perasaan kalian ketika membaca part ini.

Siap?

Mulai.

-----

"Dan akhirnya semua akan terungkap pada waktunya."

"Abang, kan, udah bilang kalo sepatu itu udah nggak muat makanya Abang simpen buat kenang-kenang—" Ucapan Wira terhenti. Dia tidak melanjutkan ucapanya menyadari sebelah sepatu yang ia pegang ini bukanalah yang ia simpan di dalam kotak itu.

Keheningan merebak seketika. Jika dalam scene suatu film, mungkin sudah ada sound pengiring seperti ketika seorang penjahat yang ketahuan kejahatannya.

Gista berdiri dari duduknya. Dia menatap Wira tepat pada manik mata laki-laki itu.

"Dari mana lo dapet sepatu ini?" tanya Wira dengan tatapan dinginnya.

Tangan kekar laki-laki itu memegang erat sepatunya seperti benda yang sangat berharga.

Gista tersenyum miring. "Jadi, itu sepatu Bang Wira?"

"Abang tanya dari mana lo dapat sepatu ini?" desak Wira mengabaikan pertanyaan sekaligus pernyataan Gista.

"Dari kamar Kak Naya di rumah ini." Gista menjawab dengan tegas. Matanya mati-matian menahan air mata yang sudah menggantung di pelupuknya.

Mengikis jarak di antara kedunaya. Gista mendongak untuk dapat berbicara tepat di depan wajah Wira. "Jelasin ke gue kenapa sepatu lo ada di kamar Kak Naya?"

Wira diam. Raut wajah laki-laki itu berubah dingin seperti sebelum-sebelumnya. Berbeda sekali dengan pagi tadi.

"Jelasin ke gue, Bang!"

"Kenapa sepatu lo ada di dalam kotak yang disimpen di kamar sama Kak Naya?!" bentaknya dengan air mata yang mulai menetes.

"Apa bener kalo Bang Wira yang udah ngehamilin kakak? Apa bener kalo Bang Wira adalah laki-laki yang ada di dalam foto ini?"

Gista merogoh saku almamaternya. Mengangkat tinggi-tinggi foto yang sama dengan yang anak-anak Gandaruka kirim di markas waktu itu yang tadi ada di dalam selipan buku diary Kanaya yang asli.

Wira yang bergeming menimbulkan banyak tanda tanya bagi mereka. Laki-laki itu rautnya sama sekali tidak bisa ditebak.

"Jawab gue, Bang! Bilang kalo dugaan gue kali ini salah lagi?" ujar gadis itu meraih kedua lengan Wira. Gista berharap dugaannya salah lagi sama seperti ketika ia menuduh Revan, Magenta, dan Ganes.

Laki-laki bertubuh jakung itu tidak bergerak. Dia memejamkan matanya entah untuk apa. Gista yang geram mendorong tubuh Wira hingga mundur satu langkah.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang