Bab 79

3K 250 42
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca

Follow juga akun :

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha

WARNING!
DIMOHON UNTUK MEMPERSIAPKAN IMUN DAN MENTAL

OH IYA!
VOTE DULU SEBELUM MEMBACA
SILAKAN PENUHI KOLOM KOMENTAR TIAP PARAGRAF USAI MEMBACA.
EKSPRESIKAN PERASAANMU USAI MEMBACA SELURUH PART SAMPAI PART INI DI SINI!

OKE.
HAPPY READING!

-----
"Mari kita bertemu di keabadian."

Gista mundur dan seketika tubuhnya limbung saat mendengar ucapan dokter yang tengah memeriksa Wira.

"Mohon maaf, Pak, Bu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi anak Anda tidak bisa kami selamatkan."

Beruntung Devan yang berada di belakangnya langsung menahan tubuh Gista. Cewek itu langsung menggeleng tak percaya.

Revan langsung merangkul bahu istrinya yang kini kehilangan keseimbangan dan langsung terduduk di kursi. Perempuan bersurain panjang itu menutup mulutnya dengan air mata yang membasahi pipi.

"Wi-wira... Wira, Pa. Anak kita... " Wina tersedu-sedu dipelukan sang suami. "Anak kita pergi, Pa."

Revan sama hancurnya dengan Wina. Laki-laki yang selama ini tampak gagah itu selain membawa istrinya ke dalam dekapanya. Ia sendiri juga menyembunyikan tangisnya di bahu sang istri. Bahunya bergetar tanda bahwa laki-laki itu tengah menangis.

"Ikhlasin, Ma.... " Revan berbicara dengan kepala yang masih bersembunyi di bahu sang istri.

Sementara, di sisi lain Ganes yang tengah berdiri sambil bersandar di tembok langsung memerosotkan tubuhnya ke lantai. Matanya menatap kosong ke depan dengan air mata yang merembes dari pelupuknya. Bibir cowok itu bergetar dengan tangan yang mengepal kencang.

Laki-laki terhebat dan perisai kedua setelah Revan kini telah pergi untuk selama-lamanya.

"B-bang," gumamnya dengan bibir yang bergetar dan dada yang kembang kempis karena napasnya yang tercekat di tenggorokan.

"G-gue... nggak mimpi, kan?" tanyanya pada dirinya sendiri. "L-lo... lo ninggalin g-gue, Bang."

Ganes mulai terisak dengan bahu yang berguncang hebat. Cowok berjaket Balapati itu memukul lantai bertubi-tubi sampai tangannya berdarah sambil mengerang. "Aaaarghhh! " Tangis Ganes makin menjadi-jadi.

Devan yang tengah merangkul Gista membuang wajahnya ke samping. Ia tidak kuat melihat tangis mereka. Namun, sekuat apa ia menahan air matanya tetap jatuh juga.

Devan pun terisak pelan. Dia belum siap untuk kehilangan Wira. Masih teringat semua hal yang ia lakukan dengan sahabatnya itu. Banyak hal yang hanya ia yang tahu mengenai Wira yang selalu merasa kesepian. Ia teringat akan Wira yang selalu ke rumahnya ketika ada masalah. Devan teringat ia yang selalu menjadi teman cerita Wira, menjadi pelerai ketika laki-laki itu mulai menyakiti dirinya sendiri, mengantarnya check up sakit ginjalnya dan menguatkannya ketika Wira nyaris mengakhiri hidup seperti Kanaya. Devan ingat itu semua.

"Aarghh!" Sekali lagi Ganes meninju lantai, lalu bergegas berdiri dan masuk ke ruangan Wira.

Melihat Wina dan Revan ikut masuk, Gista yang sebenarnya tidak berani masuk dirangkul Devan agar ikut. Sampai di dalam dada Gista makin berdenyut nyeri dan sesak secara bersamaan melihat Ganes yang memeluk Wira.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang