Bab 36

3.2K 238 31
                                    

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

HAPPY READING!

-----
"Memangnya siapa dia bisa membuatmu berlutut dan bersujud padanya? Tuhan?"

Mendengar suara derum mobil di halaman depan, Gista langsung melompat dari kasurnya dan bergegas keluar kamar. Gadis dengan rambut sebahu yang telah digerainya itu berlari menuruni tangga menuju ruang tengah untuk mengetahui bagaimana keadaan Ganes. Meskipun sepupunya itu teramat menyebalkan, tapi Gista tetap menaruh rasa cemas padanya. Selama ini Ganes sudah ia anggap seperti kakak sendiri.

"Gimana sama Ganes, Tante?" tanya Gista yang ikut duduk bergabung ke ruang tengah bersama Ganes dan Wina. Revan masih berada di luar sibuk memasukkan mobilnya ke garasi.

"Enggak apa-apa kok, sayang. Ganes cuman demam aja gara-gara kehujanan," terang Wina seraya berdiri dan mengambil bingkisan yang tadi diletakkannya di atas meja.

"Ini tadi di jalan Tante beli martabak. Tante siapin dulu ya nanti kita makan bareng-bareng." Perempuan parubaya  itu kemudian melenggang ke dapur sembari menenteng martabak tersebut.

Gista menggeser duduknya mendekat pada Ganes yang tengah memejamkan matanya sambil bersandar di punggung sofa. Wajah cowok itu masih terlihat pucat walaupun tidak sepucat tadi.

"Kehujanan gitu dong sakit. Lemah lo," ejek Gista mendorong pelan bahu cowok itu yang membuat si empu membuka matanya.

"Lo kayak nggak tau gue aja kalau lama kehujanan bakalan kenapa," ujar Ganes.

Sejak kecil ia memang paling tidak bisa hujan-hujanan. Setiap kali kehujanan Ganes pasti langsung flu. Jika terkena hujannya dalam jangka waktu yang cukup lama ia bisa demam seperti sekarang ini.

"Salah sendiri udah tahu nggak bisa kena air hujan lama-lama malah sok-sok an ngebucin kayak gitu. Emang dasar bucin tolol! Goblok!" maki Gista meluapkan semua kekesalannya. Kekesalannya pada Ganes yang bucin tolol juga pada Manggala yang mau menemui mamanya tadi.

"Ya, kan, gue lagi merjuangin cinta gue, Gis."

Gista menatap remeh ke arah sepupunya itu. "Gini nih kalau cinta bikin orang jadi bucin tolol dan picek.  Sampe-sampe rela nyakitin diri sendiri dan seolah tutup mata kalau emang udah ditolak mentah mentah."

"Punya harga diri dikit kek jadi orang. Kalau udah diputusin dan mantan lo nggak mau diajak balikan nggak usah dikejar. Mana harga diri lo sebagai wakil Balapati? Kalau cuman gara-gara cewek aja lo sampe berlutut  dan bersujud di depan manusia!" sarkas Gista dengan nada yang ngegas.

Di sini Gista seolah lupa jika dirinyalah yang membuat keduanya putus.

"Sujud itu sama Tuhan! Bukan sama orang tuanya Kak Rania!"

Gista geregetan sendiri bisa-bisanya Ganes yang notabene wakil ketua geng motor bertekuk lutut di depan orang tua Rania hanya demi bisa balikan dengan cewek itu. Seharusnya Ganes juga memikirkan harga dirinya. Masih banyak pula perempuan lain di dunia ini yang lebih baik dari Rania. Bisa jadi, kan, putusnya mereka karena Tuhan tahu mana yang terbaik buat Ganes. Karena Tuhan tidak ingin cowok itu berpacaran dan terjerumus ke dalam maksiat.

"Emang siapa orang tuanya Kak Rania sampe bikin lo sujud sama mereka? Punya jasa apa mereka buat lo? Hah?!"

Ganes bungkam. Perkataan Gista itu memang benar. Tidak seharusnya ia menjatuhkan harga dirinya sampai seperti itu.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang