Bab 22

3.8K 246 11
                                    

Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

HAPPY READING!

-----

"Setiap laki-laki itu emang punya sifat bajingan. Tapi, kita nggak tahu seberapa persen sifat bajingan itu ada di dalam dirinya."

~Ganes Mahendra Gardagara

Menyadari gelagat aneh yang Kaivan tunjukkan padanya. Mata elang gadis itu menyipit. Mencoba menelisik apa yang Kaivan coba sembunyikan darinya.

Laki-laki bermata sipit itu mengalihkan pandangannya menyadari Gista yang mencoba menelisik raut wajahnya. Sebisa mungkin ia bersikap biasa agar Gista tidak menaruh curiga padanya.

"Eh, tunggu. Lo tadi masuk kelas apa, Kai?" tanya Anara sambil menyuapkan bakso mang Ali ke mulutnya.

Kaivan menyeruput es tehnya yang baru saja datang sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Anara. "Kelas sebelas IPA 1."

Anara mengangguk kecil. "Berarti satu kelas sama Manggala CS dong."

"Iya, bersyukur banget gue bisa sekelas sama mereka. Anaknya asik semua," kata Kaivan.

"Besok-besok ajaklah mereka gabung sama kita kalau di kantin. Biar tambah rame. Kan, mereka anak Balapati juga. Manggala juga panglima tempur di Balapati," usul Ganes yang diangguki penuh antusias oleh Kaivan.

Ia merasa bersama ketiga adik kelas yang kini menjadi teman sekelasnya itu akan menguntungkan baginya. Selain popular mereka juga banyak fans-nya. Magenta yang cuek, irit bicara, namun murah senyum itu sudah pasti banyak fans dan jadi incaran kaum hawa. Sementara, Janu si jamet itu juga tak kalah banyak fans-nya. Bahkan, Manggala si puitis dan tampan itu fans-nya mengalahkan fans Ganes si inti Balapati.

Jadi, bisa Kaivan bayangkn jika ia berada dalam circle orang-orang tampan seperti mereka dan Ganes. Derajatnya pasti bisa ikut naik. Sebut saja Kaivan ingin pemes.

Gerakan Gista yang tengah menyuapkan soto ke mulutnya terhenti mendengar usul Ganes tersebut. Mata elangnya membidik Ganes tepat di manik mata cowok itu. "Lo mau ajak dia gabung sama kita?"

Ganes mengangguk. "Iya, Gis. Lagian mereka, kan, juga keluarga Balapati. Semakin kita deket dan akrab sama anggota Balapati yang lain. Kekeluargaan kita akan semakin terasa."

"Tapi, kita nggak tahu, kan, gimana latar belakang mereka itu kayak gimana? Jangan asal deh masukin orang ke circle kita. Gue udah nyaman kita berempat gini aja," komentar Gista keberatan dengan usulan Ganes.

Anara yang sudah antusias karena Manggala yang pernah disukainya diam-diam itu akan masuk ke circle-nya langsung mengerutkan keningnya menatap Gista.

"Maksud lo gimana, Gis?" tanya gadis berkuncir dua itu.

"Masa iya mau berteman aja harus liat latar belakang dulu. Selektif boleh, tapi ya jangan sampai membeda-bedakan teman, Gis."

Gista menghela napas. Meletakkan sendoknya ke piring. Tidak jadi menyuapkannya ke dalam mulut.

"Kita nggak tahu, kan, mereka itu anaknya kayak apa. Bisa jadi mereka itu cowok bajingan yang cuman jaga image-nya di sekolah."

"Mereka nggak kayak yang lo pikir, Gis. Gue udah kenal mereka semenjak mereka masih jadi junior PMR," sangkal Kaivan.

"Lo jangan sama ratain semua cowok kayak gitu. Nggak semua cowok itu bajingan, Gis."

Kaivan merasa Gista terlalu berlebihan di sini. Dia paham maksud dari Gista. Tetapi, tidak seharusnya Gista menyamaratakan semua cowok bahwa mereka itu sama. Dan jika gadis itu tidak diberitahu secara perlahan. Minset-nya tentang cowok akan selamanya seperti itu.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang