Bab 15

4.6K 290 13
                                    

Ig : @nis_liha

HAPPY READING!

-----

"Sakitnya seorang Manggala itu bukan ketika cintanya tak berbalas atau berhianat. Tapi, ketika ngelihat orang yang Manggala sayang enggak baik-baik aja. Itu sakit banget, Ma. Seolah-olah dunia aku itu berhenti gitu aja."

-Manggala Alsaki Kavindra

"Udah lama kita nggak ketemu. Gue pikir lo kemana. Ternyata lo udah nggak ada lagi di dunia ini," gumam seorang cowok berkaus polo hitam yang kini duduk di atas rumah pohon dengan sebuah gitar di pangkuannya.

Manggala terus mengamati foto perempuan berambut panjang berwarna pirang bergelombang yang tersenyum manis ke arah kamera. Foto yang selama ini selalu ia simpan di dalam dompetnya yang ia bawa kemana-mana. Tanpa menyadari ada dua pasang mata yang kini tengah mengawasinya di bawah sana.

"Woy! Brother!" teriak seorang cowok  yang mengenakan sweater berwarna hijau army berhasil menyentak Manggala. Membuat cowok beralis tebal itu mendengus kesal karena sudah dikejutkan.

"Ngapain lo malem-malem kayak gini nongkrong di atas sono? Uji nyali, Bro?" tanya cowok itu setengah meledek.

"Enggak! Lagi ngepet! Disuruh sama nyokab katanya biar jadi sultan kayak Mas Aldebaran Al Fakhri," jawab Manggala asal menyebutkan nama tokoh idola sang mama yang seriap hari ditontonnya. Yang langsung disambut teriakan cetar membahana badai dari seorang perempuan parubaya yang datang dengan nampan di tangannya.

"Heh! Jangan ngawur kamu! Nanti tetangga denger dikira Mama nyuruh kamu ngepet beneran terus diviralin gimana? Kamu mau?!" Sinta melotot garang dengan nampan yang masih berada di tangannya.

"Mau ditaruh mana coba muka Mama kalau tetangga ngira kita ngepet beneran?"

"Udah. Buruan turun! Masa iya temen kamu ke sini kamu malah asyik galau-galauan di atas sana," ucap Sinta sambil meletakkan nampan berisi minuman dan cemilan itu ke meja yang berada di bawah rumah pohon dengan dibantu oleh Magenta.

Yang disuruh turun hanga berdehem sambil memasukkan foto polaroid yang dipegangnya tadi ke dompet.

Mendengar kata "galau" yang ditujukan Sinta untuk Manggala membuat Janu semangat empat lima. Dia begitu excited ingin menggali tentang kegalauan cowok itu.

Serius Manggala bisa galau? Badboy puitisnya Cantaka yang suka baperin cewek bisa galau juga. Jangan-jangan dia diem-diem punya cewek lagi. Wah, harus digali dan dikaji lebih dalam lagi nih! Harus jadi trending topik akun lambe turah sekolahan nih! batin Janu dengan senyum misteriusnya pertanda ia memiliki ide terselubung.

"Wah, Manggala bisa galau juga, Tante?"

"Loh, kalian enggak tahu ya?"

Magenta dan Janu kompak menggeleng.

"Manggala itu hampir tiap malem loh galau kayak gini. Tapi, biasanya dia galau kalau udah larut malem banget. Nunggu orang-orang pada tidur dulu gitu loh. Kayak sok misterius gitu. Galaunya pake sembunyi-sembunyi," terang Sinta dengan gaya khas ibu-ibu berghibah.

"Padahal mah Tante sama Om Rama selalu tahu kalau Manggala itu tiap malem menyendiri, merenung, meratap, atau menyepi di atas rumah pohon sambil metik gitar dan bikin puisi. Intinya kayak orang patah hati yang udah paling patah."

Rama yang Sinta maksud di sini adalah suaminya. Ayah dari Manggala.

Magenta dan Janu hanya mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar cerita dari mulut Sinta. Mereka sama-sama berpikir dari mana Sinta bisa memiliki kosa kata seperti itu. Apakah ini ajaran Manggala? Atau memang ke-puitisan seorang Manggala selama ini menurun dari ibunya sendiri?

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang