Bab 57

3.1K 222 35
                                    

Jangan lupa follow dulu ya sebelum membaca.

Follow juga akun :
Ig : @nis_liha
@wattpadnisliha

Tiktok : wattpadnisliha
-----

"Hanya seorang pengecut yang lari dari tanggungjawabnya."

Suasana pagi ini di rumah Revan nampak berbeda. Laki-laki parubaya itu tengah duduk di kursi ruang makan sambil bersidekap. Menatap tajam putra bungsunya yang hanya merundukkan kepala.

"Papa benar-benar kecewa sama kamu Ganes," ujar lelaki itu dingin.

Semalam ketika Revan dan Wina pulang karena Gista memaksa untuk menjaga mamanya di rumah sakit ditemani pembantu rumah tangganya, Ganes sudah menceritakan semuanya tentang Sashi. Akibatnya, cowok itu kena amuk sang ayah. Revan beberapa kali menghajar Ganes yang sudah babak belur menjadi tambah babak belur lagi.

"Papa tidak pernah mengajarkan pada kamu untuk menjadi pengecut seperti itu. Jika kamu salah seharusnya kamu berani untuk berbicara jujur dan mempertanggungjawabkan semuanya, bukan malah lari seperti itu. Itu bukanlah jiwa seorang inti Balapati, Ganes."

"Bagaimana nasib anggota kamu jika kamu saja sebagai inti mencontohkan menjadi seorang pecundang seperti ini?!" bentaknya.

Revan belum tahu perihal Mahen yang berkhianat. Melalui grup WA, semalam Ganes sudah memberitahu anggota pada seluruh anggotanya agar berhati-hati pada Mahen, namun melarang mereka memberitahu hal ini terlebih dahulu pada Revan.

"Ganes tahu, Pa. Ganes salah. Tapi, Ganes waktu itu di antara batas antara sadar dan tidak. Ganes masih dalam pengaruh alkohol," belanya.

"Kalau Ganes dalam keadaan sadar tidak mungkin Ganes akan melakukan hal sebejat itu. Ganes selalu ingat pesan Mama kalau Ganes harus menghargai dan menghormati perempuan seperti menghargai Mama."

Revan menahan amarahnya karena Wina terus mengelus punggung suaminya itu agar tidak kembali menghajar Ganes. Wina kasihan pada putranya yang wajahnya sudah kehilangan ketampanan itu.

"Sabar, Mas." Wina mengingatkan.

"Bagaimana aku bisa sabar kalau ternyata di Balapati ada seorang penyusup, Ma. Tapi, Ganes dan yang lainnya malah menutupi ini semua dari Papa. Bahkan, penyusup itu berani menyelundupkan barang haram ke markas."

Revan mengatur napasnya yang memburu. "Oke. Untuk menebus rasa bersalah kamu. Papa minta kamu bawa Sashi ke rumah. Papa mau minta maaf sama dia sekaligus Papa mau dia tinggal di rumah kita. Biar Papa angkat gadis itu sebagai adik kamu."

Mata Ganes yang bengkak dan membiru itu melebar dan berbinar-binar. "Serius, Pa. Papa mau angkat Sashi jadi anak Papa?"

Wina mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Nak. Kamu bilang Sashi ingin menganggap kita sebagai ayah dan bundanya, kan?"

"Jadi, Mama sama Papa memutuskan untuk mengangkat dia sebagai anak."

Ganes menarik sedikit sudut bibirnya karena jika ia tersenyum lebar sudut bibirnya yang robek itu akan semakin terasa perih. "Makasih, Ma, Pa. Ganes janji setelah ini apapun masalah Ganes. Ganes bakalan cerita sama Mama sama Papa. Aku nggak mau jadi pengecut lagi. Ganes juga janji juga bakalan jagain Sashi sebagaimana Ganes jagain Gista."

Revan berdehem. "Tapi, kamu jangan senang dulu, Ganes."

Seketika senyum Ganes meluntur.

"Kamu akan tetap Papa hukum. Papa akan cabut semua fasilitas kamu dan Papa minta kamu selidiki siapa yang berani menjadi musuh dalam selimut itu. Keluarkan dia dari Balapati. Cari tahu juga apa motif dia sebenarnya," titah Revan final.

GISTARA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang